Cegah Penyakit dari Pangan Hewani, Kementan Perkuat Lab Veteriner
Bandar Lampung – Untuk mencegah penyakit zoonosis dari pangan asal hewan, Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperkuat kapasitas laboratorium veteriner di Indonesia. Langkah ini menegaskan pentingnya sinergi menjaga keamanan pangan dan kesehatan masyarakat.
Salah satu penyakitnya adalah Campylobacter, bakteri berbahaya yang menjadi penyebab lebih dari 95 juta kasus penyakit bawaan pangan (diare) setiap tahun. Di Indonesia, bakteri ini menjadi perhatian serius karena berpotensi mengganggu kesehatan dan ketahanan pangan nasional.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementan, I Ketut Wirata, menegaskan pentingnya sinergi sekaligus peningkatan kapasitas laboratorium veteriner di Indonesia.
“Peningkatan kompetensi ini memperkuat sistem kesehatan hewan nasional. Dengan pengujian yang andal, laboratorium veteriner siap jadi garda terdepan menjaga keamanan pangan hewani,” ujarnya pada kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kompetensi Pengujian Campylobacter, di Lampung, Senin (1/9).
Menurutnya, penguatan kapasitas laboratorium veteriner dilakukan melalui pemutakhiran teknologi uji penyakit zoonosis, termasuk Campylobacter, dengan metode seperti isolasi dan identifikasi kultur, qPCR, hingga uji resistensi antibiotik. Langkah ini diharapkan memperkuat pengawasan pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH), khususnya dalam mendukung keberhasilan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kepala Balai Veteriner Lampung, Kementan, Suryantana, menambahkan pentingnya peran laboratorium dalam pengendalian penyakit zoonosis prioritas.
“Dengan laboratorium yang kuat, kita bisa menjaga ketahanan pangan dan menjamin produk hewan ASUH, sekaligus mendukung generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045,” tegasnya.
Sebagai informasi, Campylobacter merupakan bakteri penyebab penyakit zoonosis yang menular melalui makanan atau minuman terkontaminasi, seperti daging unggas, daging sapi, maupun susu yang tidak dimasak dengan baik. Gejala infeksi biasanya berupa diare, sakit perut, hingga demam. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan serius, terutama bagi anak-anak serta kelompok dengan daya tahan tubuh lemah.
Prof. Jaap A. Wagenaar dari Utrecht University, Belanda, menyebut kolaborasi global sangat dibutuhkan dalam mengendalikan Campylobacter.
“Campylobacter adalah penyebab utama penyakit bawaan pangan di dunia. Penguatan laboratorium veteriner di Indonesia menjadi langkah strategis untuk deteksi dan pengendalian zoonosis, sekaligus memperkuat keamanan pangan nasional dan global,” katanya.
Langkah Kementan memperkuat laboratorium ini menjadi bagian penting dalam memastikan pangan hewani di Indonesia tetap aman dikonsumsi dan mendukung program gizi nasional.