Please ensure Javascript is enabled for purposes of Kementerian Pertanian RI
Logo

Perkuat Benteng Kesehatan Hewan, Kementan dan FAO Genjot Standar Laboratorium Nasional

06/12/2025 12:10:00 Indra 20

SURABAYA — Dari sebuah ruang pertemuan di kompleks Balai Besar Veteriner Farma (BBVF) Pusvetma, Surabaya, langkah besar menuju penguatan laboratorium veteriner nasional mulai digulirkan. Selama lima hari penuh, 1–5 Desember 2025, para pakar biosafety, asesor akreditasi, hingga perwakilan dari 12 Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) berkumpul, menyatukan pandangan. Tujuannya satu, memastikan jaringan laboratorium nasional benar-benar siap menghadapi tantangan penyakit hewan yang semakin rumit dan cepat berubah.

Pertemuan konsultasi teknis biosafety dan lokakarya manajemen mutu laboratorium ini diselenggarakan oleh Direktorat Kesehatan Hewan bekerja sama dengan FAO ECTAD Indonesia melalui kerangka Pandemic Fund, sekaligus menindaklanjuti pembangunan fasilitas laboratorium berbasis Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang tengah berlangsung di BBVF Pusvetma.

Direktur Kesehatan Hewan, Hendra Wibawa, menegaskan bahwa penguatan biosafety dan biosecurity bukan sekadar kebutuhan teknis, melainkan fondasi pertahanan nasional di bidang kesehatan hewan.

“SBSN bukan hanya pembangunan fisik. Ini investasi strategis jangka panjang. Indonesia harus memiliki laboratorium yang tidak hanya modern, tetapi juga aman, kredibel, dan memenuhi standar internasional,” ujar Hendra, Rabu (5/11/2025).

“Kesiapsiagaan penyakit hewan berbahaya hanya bisa dicapai bila biosafety, biosecurity, dan sistem mutu berjalan serempak,” lanjutnya yang turut menekankan pentingnya keselarasan standar antar-UPT agar respons deteksi penyakit lebih cepat dan seragam.

Di sisi lain, Kepala BBVF Pusvetma Edy Budi Susila, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas dukungan Direktorat Kesehatan Hewan, FAO ECTAD Indonesia, serta seluruh UPT yang hadir.

“Pembangunan dan penguatan kapasitas laboratorium melalui SBSN merupakan langkah strategis dalam mendukung kesiapsiagaan deteksi penyakit hewan, peningkatan biosafety-biosecurity, serta pemenuhan standar mutu internasional,”katanya.

Edy juga berharap kegiatan ini dapat menjadi momentum percepatan harmonisasi standar laboratorium, baik dari sisi infrastruktur, kompetensi SDM, maupun implementasi sistem manajemen mutu di seluruh UPT.

Pelatihan ini bukan sekadar teori. Integrasi standar biosafety, biosecurity, dan ISO 17025 diharapkan memperkuat jejaring laboratorium veteriner nasional, sebuah pilar penting dalam deteksi dini, respons cepat, dan pengendalian penyakit hewan di Indonesia.

 

Kategori
WA Layanan Ditjen PKH