Please ensure Javascript is enabled for purposes of Kementerian Pertanian RI
Logo

Transformasi Industri Unggas, Hilirisasi Ayam Rp20 Triliun Memotong Biaya Produksi Nasional

18/11/2025 17:53:00 Indra 54

Jakarta - Pemerintah tengah menyiapkan sebuah proyek raksasa bernilai Rp20 triliun untuk membangun program hilirisasi terintegrasi peternakan ayam. Membangun ekosistem industri unggas dari hulu sampai hilir, yang diharapkan mampu memangkas biaya produksi yang selama ini menjadi keluhan peternak rakyat.

Jika program ini berhasil, peta bisnis unggas Indonesia akan berubah drastis. Akan mampu menghubungkan rantai yang terputus. Selama ini, bisnis unggas nasional berdiri seperti rantai yang patah-patah. Pembibitan di satu sisi, pakan di tempat lain, peternak mandiri di tengah, dan rumah pemotongan unggas di ujung yang terpisah. Ketika tiap mata rantai berdiri sendiri, muncul fenomena yang telah lama dikeluhkan, transfer pricing permainan harga internal antarperusahaan yang pada akhirnya membengkakkan biaya produksi.

Profesor Riset Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkular, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nyak Ilham menegaskan bahwa program hilirisasi ayam terintegrasi hanya akan berhasil jika dirancang secara cermat dan mampu bersaing sehat dengan industri komersial yang sudah mapan. Menurutnya, integrasi dari pakan hingga rumah potong memang menjadi langkah strategis untuk memperkuat struktur perunggasan nasional, namun ia mengingatkan, tanpa kesiapan infrastruktur dasar, hasilnya tak akan maksimal.

“Kalau infrastrukturnya tidak siap, pabrik sehebat apa pun tidak akan optimal. Pemerintah harus memastikan kesiapan infrastruktur dasar,” ujarnya mengingatkan, Selasa (18/11/2025).

Selain aspek infrastruktur, Nyak Ilham menilai bahwa kemandirian peternak juga dapat tercapai apabila pembangunan hilirisasi dibarengi penguatan kelembagaan lokal, seperti koperasi. Dengan akses produksi yang memadai dan fasilitas yang terjangkau, peternak bisa mandiri. Kehadiran pabrik-pabrik hilirisasi terintegrasi peternakan di daerah juga diyakini dapat membuat harga lebih stabil.

“Selama ada koperasi dan akses produksi yang baik, peternak bisa berdiri sendiri. Harga pun akan lebih stabil karena tidak terjadi ketergantungan pada integrator besar,” ucapnya, seraya menekankan bahwa hilirisasi tidak boleh berhenti pada pembangunan fisik, tetapi harus disiapkan secara menyeluruh, termasuk ekosistem logistik, rantai pasok, dan efisiensi distribusi. Tanpa itu semua, integrasi hanya akan menjadi proyek besar yang hasilnya tidak terasa di tingkat budidaya. Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Peternakan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Mohammed Cevy Abdullah yang biasa disapa Cecep Wahyudin, mengungkapkan bahwa program hilirisasi ini ingin membentuk ekosistem terpadu yang menyatukan pembibitan, pakan, peternakan, hingga distribusi, menciptakan wadah besar layaknya super holding unggas. Peternak rakyat dan peternak mandiri, yang selama ini tidak punya posisi tawar, disebut akan mendapatkan induk usaha yang jelas. Jika transfer pricing hilang, harga akhir ayam dan telur semestinya ikut terkoreksi turun.

Pola ini mengandalkan logika sederhana, semakin dekat pabrik pakan dan produksi dengan pasar, semakin kecil biaya logistiknya. Selama ini, logistik dan distribusi memakan biaya 15–20 persen dari total produksi unggas. Dengan membangun pabrik pakan, breeding, grower farm, RPA, hingga cold storage langsung di provinsi bahkan kabupaten dengan basis peternak biaya angkut yang membengkak bisa terpangkas. Jika biaya logistik hilang, harga jual produk unggas semestinya ikut turun.

Cecep juga menyoroti soal biaya yang paling tinggi dalam industri unggas yakni pakan. Industri unggas hampir mustahil bicara efisiensi tanpa membahas satu kata kunci, pakan. Sekitar 70 persen biaya produksi unggas baik ayam pedaging maupun petelur berasal dari komponen pakan. Ketika rantai hulu-hilir tak terintegrasi, harga pakan melesat karena proses produksi, distribusi, hingga margin tiap rantai tidak dikendalikan satu sistem. Ia menekankan, setiap rantai bisnis di hulu semuanya membutuhkan pakan. Dengan kondisi bisnis yang terputus atau tidak terintegrasi hulu-hilir.

 

Kategori
WA Layanan Ditjen PKH