Pentingnya Peran Perempuan Indonesia dalam Wujudkan Ketahanan Pangan
- 02 Maret 2018, 10:45 WIB
- /
- Dilihat 6193 kali

Selama ini ada anggapan, peran perempuan dalam pembangunan masih sangat rendah. Namun demikian I Ketut Diarmita Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian punya pendapat yang lain.
Menurutnya, dalam mewujudkan pembangunan pertanian, terutama upaya menuju ketahanan pangan, tidak terlepas dari peran perempuan. Hal tersebut Ia sampaikan pada acara Pertemuan Rakernas I dan Kuliah Umum Pertanian Perempuan Tani HKTI pada hari Rabu 28 Februari 2018 di Jakarta.
Dalam kegiatan yang bertemakan “Peran Perempuan dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional" ini I Ketut Diarmita mengatakan, diperlukan upaya dan strategi mengintegrasikan gender dalam setiap unsur pembangunan, termasuk dalam pembangunan pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan.
I Ketut Diarmita menegaskan, perempuan sangat berperan penting dalam mewujudkan ketahanan pangan, pemenuhan gizi dan kesehatan keluarga. “di tangan seorang perempuan keputusan diambil, dalam hal memilih bahan pangan, mengolah secara sehat, dan menentukan kebutuhan rumah tangga yang ramah lingkungan,” ujar I Ketut Diarmita.
Lebih lanjut disampaikan, pengetahuan tentang bahan pangan sehat dan memenuhi kebutuhan gizi, serta cara mengolah dan kebutuhan rumah tangga yang ramah lingkungan menjadi penting untuk dimiliki setiap perempuan Indonesia. "Perempuan dalam sektor pertanian juga berperan setara dengan peran laki-laki," tandasnya.
Sektor pertanian berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja, dimana pada tahun 2017 sekitar 29,68 persen atau 35.923.886 orang tenaga kerja di Indonesia bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Sedangkan tenaga kerja di sub sektor peternakan sebanyak 3,84 juta orang yang 1,55 juta orang merupakan tenaga kerja perempuan atau 40,49% sedangkan 2,28 juta orang atau 59,51% merupakan tenaga kerja laki-laki.
Namun jika dilihat berdasarkan pendidikannya masih sangat memprihatinkan, karena sekitar 78,93% tenaga kerja peternakan perempuan berpendidikan SD ke bawah.
Melihat hal tersebut I Ketut Diarmita berpendapat, kualitas perempuan di Indonesia, perlu mendapatkan perhatian yang besar, karena kesalahan dalam proses pengolahan dan penyiapan pangan pada tingkat rumah tangga akan menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas gizi keluarga, dan pada akhirnya menurunkan kualitas ketahanan pangan.
Terkait dengan kualitas pangan yang dikonsumsi oleh keluarga di Indonesia, menurut BPS penduduk Indonesia pada tahun 2016 rata-rata mengkonsumsi kalori 2.037,40 Kkal dan protein 56,67 gram setiap harinya. Rata-rata konsumsi per kapita penduduk Indonesia pada tahun 2016 yang paling tinggi dari kelompok daging yaitu konsumsi daging ayam ras sebesar 5,110 kg dan yang paling rendah yaitu konsumsi tetelan sebesar 0,104 kg. Sedangkan dari kelompok telur, konsumsi tertinggi yaitu telur ayam ras sebanyak 99,796 butir dan konsumsi terendah yaitu telur itik/itik manila sebanyak 1,981 butir.
“Saya lihat perempuan tani HKTI telah ikut berkontribusi untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dengan berperan aktif menopang perekonomian keluarga yaitu memperluas program pengembangan ayam unggulan berteknologi biosolution enzact (enzym activation),” kata I Ketut Diarmita.
I Ketut sangat menyambut baik program tersebut dan memberikan apresiasi bagi perempuan tani HKTI yang telah mengimplementasikannya di wilayah Cianjur dan terlihat memberikan hasil yang positif .
"Kami berharap perempuan Indonesia dapat turut berperan aktif dalam meningkatkan kecerdasan generasi penerus bangsa melalui penyediaan protein hewani,” pungkasnya pada pertemuan Rakernas I dan Kuliah Umum Pertanian Perempuan Tani HKTI yang juga dihadiri oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Perempuan Tani HKTI, Ketua Satgas Pangan sekaligus Kepala Staf Presiden RI, Ketua Umum Pertanian oleh Rektor IPB, dan Pengurus Perempuan Tani HKTI.