Kementan Gandeng Unair Perkuat Produksi Vaksin Hewan Dalam Negeri
- 21 Mei 2025, 22:11 WIB
- /
- Dilihat 35 kali
- /
- adminpemberitaan

Surabaya – Kementerian Pertanian terus memperkuat ketahanan kesehatan hewan nasional dengan memperluas kolaborasi lintas sektor. Salah satu langkah strategis terbaru dilakukan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) lewat kerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) dalam pengembangan dan hilirisasi vaksin hewan menular strategis.
Kerja sama ini ditandai dengan penyerahan seed (bibit) vaksin untuk penyakit African Swine Fever (ASF) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) oleh Rektor Unair, Mohammad Nasih, dalam gelaran Health Innovation, Technology, and Community Development Exhibition (HITEX) 2025, di Kampus C Unair, Surabaya, Selasa, 20 Mei 2025.
Penyerahan dilakukan kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek), yang diwakili oleh Direktur Hilirisasi dan Kemitraan, Sunitiyoso, sebelum secara resmi diserahkan kepada Kementerian Pertanian. Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH, Imron Suandy, menerima secara langsung dan meneruskan seed vaksin kepada dua produsen nasional: Balai Besar Veteriner Farma (Pusvetma) untuk ASF dan PT Capri, perusahaan vaksin swasta, untuk vaksin PMK.
“Serah terima ini menegaskan komitmen lintas kementerian dalam memperkuat kemandirian produksi vaksin hewan di Indonesia,” ujar Imron Suandy. Ia menekankan bahwa kolaborasi antara Kementan, Kemdiktisaintek, dan Unair akan mempercepat penyediaan vaksin berkualitas untuk mengendalikan penyakit hewan menular strategis.
Langkah ini juga sejalan dengan agenda besar Kementan untuk memperkuat layanan kesehatan hewan berbasis inovasi lokal, mengingat Indonesia masih dihadapkan pada ancaman penyakit seperti ASF dan PMK yang berpotensi mengganggu stabilitas produksi ternak nasional.
Rektor Unair, Mohammad Nasih, menyatakan bahwa kontribusi kampus melalui riset dan pengembangan tidak berhenti di laboratorium. “Kami ingin hasil riset bisa langsung dimanfaatkan oleh mitra strategis dan diterapkan di lapangan secara luas,” ujarnya.
Menurut Nasih, ini adalah bentuk nyata dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, yang berkontribusi langsung terhadap isu nasional seperti ketahanan pangan dan kesehatan hewan.
HITEX 2025 sendiri menjadi ruang temu antara peneliti, pemerintah, dan industri untuk mempercepat hilirisasi inovasi riset, termasuk dalam sektor peternakan. Bagi Kementan, kerja sama semacam ini adalah jalan menuju kemandirian vaksin nasional—tanpa harus bergantung pada produk impor—demi memastikan keberlanjutan subsektor peternakan Indonesia.