• Beranda
  • Berita
  • Pemerintah Review Cetak Biru Persusuan Tahun 2013-2025

Pemerintah Review Cetak Biru Persusuan Tahun 2013-2025

  • 07 Juni 2016, 13:03 WIB
  • /
  • Dilihat 3269 kali

Pemerintah terus mendorong pengembangan industri persusuan di Indonesia. Oleh karena itu, dengan dikomandoi oleh Kementerian Koordinator Perekonomian (Kemenko Perekonomian) pada tanggal 1 Juni 2016 di Hotel Swiss-Bellin telah diselenggarakan Workshop Review Cetak Biru (Blue Print) Persusuan.

Workshop ini diselenggarakan dengan tujuan untuk melakukan evaluasi dari hasil capaian-capaian kinerja pemerintah yang sudah dilaksanakan sejak Blue Print ini diLounching pada tanggal 26 Februari 2014 di Hotel Lumire Jakarta, sehingga dapat diketahui mana program-program yang berhasil dilaksanakan dan mana yang belum dilaksanakan. Dari hasil review tersebut maka akan dapat dibuat rencana aksi untuk kedepannya sehingga pengembangan industri persusuan di Indonesia dapat memberikan efek positif bagi peningkatkan gizi di masyarakat dan kesejahteraan bagi peternak sapi perah.

Review dilakukan terhadap implementasi dan capaian target dari cetak biru tersebut menjadi Cetak Biru Perususuan Nasional 2017 – 2025 yang diharapkan ditetapkan dengan Peraturan Presiden sehingga menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga terkait dalam menyusun regulasi teknis di bidang masing-masing.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Dr. Ir. Muladno, MSA, pada workshop review cetak biru persusuan Indonesia 2013 – 2015 yang diselenggerakan oleh Kemenko Perekonomian di Malang (1/6) berharap dengan percepatan review cetak biru persusuan tersebut meningkatkan konsumsi susu di Masyarakat guna perbaikan gizi dan peningkatan kesejahteraan bagi peternak sapi perah.

“kita terus dorong pengembangan persusuan melalui percepatan review cetak biru persusuan, untuk perbaikan gizi di Masyarakat, juga peningkatan kesejahteraan bagi peternak”, ungkapnya.

Dirjen PKH mengatakan ada dua pendekatan yang bisa mendorong pengembangan persusuan di Indonesia yaitu pendekatan dari sisi konsumsi dan pendekatan dari sisi produksi. Pendekatan dari sisi konsumsi yakni sosialisasi pentingnya pemenuhan konsumsi susu bagi masyarakat, diharapkan trend peningkatan konsumsi dapat sebagai penghela  sisi produksi dalam menyediakan pangan susu tersebut. Namun jika upaya peningkatan produksi sangat lambat, maka yang terjadi adalah membesarnya gap anata produksi dalam negeri dan  impor semakin besar. Sedangkan jika pendekatan dari sisi produksi, diperlukan upaya untuk meningkatkan populasi sapi perah sebagai penghasil utama susu harus ada lompatan yang sangat signifikan (jump frog). Apabila terjadi lonjakan produksi dari sisi pasar tidak perlu dikhawatirkan karena dapat dibentuk captive market (pasar terbatas salah satunya School milk Program (susu untuk anak sekolah).

“Dua pendekatan ini akan terus kita dorong dalam rangka pengembangan persusuan di Indonesia”, ujarnya.

 

Review Cetak Biru Persusuan

Review cetak biru persusuan diantaranya akan fokus pada enam hal. Pertama dari rencana aksi untuk reviewregulasi dan kebijakan. Output dari rencana aksi adalah terbitnya regulasi untuk mendorong serapan pasar produksi susu dalam negeri sebagai pengganti Inpres 4 Tahun 1998. Selain itu mendorong terbitnya regulasi School Milk Program untuk menjamin pasar bagi peternak rakyat yang memproduksi susu sekaligus meningkatkan konsumsi susu nasional. Kedua yaitu peningkatan populasi dan produktivitas ternak perah. Kementerian Pertanian telah berupaya untuk meningkatkan populasi ternak perah dengan pengadaan ternak perah dari skim kredit yang diakses oleh peternak melalu perbankan. Selain itu Kementerian Pertanian memberikan bantuan pakan bagi peternak sapi perah agar produksi susu sapi perah rakyat meningkat dan kualitas pakan yang memenuhi persyaratan standar produksi susu. Ketiga peningkatan produksi dan kualitas susu segar peternak rakyat. Point penting dalam kualitas susu segar peternak rakyat yaitu Total Plate Count (TPC)  mikroorganisme dalam susu. SNI susu mengharuskan TPC dalam susu dibawah satu juta. Upaya-upaya dalam menurunkan TPC pada susu segar peternakan rakyat telah dilakukan diantaranya dengan pembinaan/bimbingan teknis penanganan susu sebelum dan pasca pemerahan, bantuan peralatan pemerahan seperti milkcandan mendekatkan colecting susu dengan mobile colecting milk  baik milik koperasi maupun industri pengolah susu. Keempat peningkatan konsumsi susu. Salah satu event yang setiap tahun kita laksanakan guna mendorong peningkatan konsumsi susu yaitu Hari Susu Nusantara yang pada tahun ini adalah yang ke-8. Event ini diharapkan menjadi momentum untuk promosi bagi pelaku usaha persusuan guna meningkatkan permintaan produk susu dan produksi susu. Salah satu acara puncaknya yaitu gerakan minum susu bersama, yang menurut pakar gizi seharusnya kita mengkonsumsi susu dua gelas sehari. Kelima Peningkatan industri pengolahan susu. Peningkatan ini terlihat melonjak tajam dengan adanya perluasan usaha peningkatan investasi Industri Pengolah Susu (IPS) pada tahun 2015 seperti PT. Nestle Indonesia (Karawang) menambah kapasitas dengan kebutuhan susu 100 ton/hari dan nilai Investasi Rp 1,3 Triliun, PT. Indolakto (Pasuruan) dengan kebutuhan susu 200  ton/hari  dan nilai Investasi Rp 882 Milyar, PT. Fontera Brand Manufacturing telah mendirikan pabrik di Cikarang dengan besaran investasi Rp.357 M, PT. Garuda Food Putra Putri Jaya (Rancaekek) dengan kebutuhan susu 50 Ton/hari dan Investasi Rp 50 Milyar. Melihat keseriusan IPS dalam mengembangkan industrinya yang membutuhkan bahan baku susu semakin besar, maka menjadi peluang untuk mengembangkan sisi hulu yang memproduksi susu segar. Ada dua model pendekatan yang harus dilakukan yaitu investasi yang dibarengi dengan investasi bahan baku artinya IPS yang mendirikan Industri Pengolahan atau meningkatkan kapasitas wajib juga membangun industri hulu untuk pemenuhan kebutuhan 30% bahan bakunya di dalam negeri. Atau investor Industri Pengolahan Susu melakukan kemitraan dengan koperasi dengan dengan dukungan  permodalan dari  bank dan non bank untuk pengadaan sapi perah dan hasil produksinya diserap oleh Industri Pengolahan tersebut. Terakhir dalam rencana aksi yang harus dilakukan yaitu peningkatan pasar dan pemasaran. Saat ini pasar susu segar di Indonesia masih sangat terbuka lebar bahkan 98% produksi susu segar sapi peternak rakyat diserap oleh Industri Pengolahan Susu. Sedangkan pasar untuk susu selain sapi mempunyai segmen pasar tersendiri seperti susu kambing, susu kerbau maupun susu kuda yang dalam proses promosi dan iklannya dikaitkan dengan kesehatan dan lainnya sehingga nilainya jualnya lebih tinggi.

“Perlu kiranya seluruh stakeholder terkait secara bersama-sama untuk melakukan evaluasi Cetak Biru tersebut sehingga capaian dan target serta hambatan dalam implementasinya dapat dicarikan solusi dalam penyelesaiannya”, tutup Dirjen PKH.

 

(Ismatullah Salim, S.Pt., Yuliana Susanti, S.Pt., M.Si – Humas Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan)

 
Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset