Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Menutup Training Untuk Peserta Kyrgyztan Sekaligus Lauching Ekspor Frozen Semen
- 16 Februari 2016, 11:23 WIB
- /
- Dilihat 1429 kali
Malang (3/2/2016) – Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Bapak Muladno memberikan sambutan pada acara penutupan Training on Reproduction Disorder Control tanggal 3 Februari 2016 di Hotel Horison Ultima Malang. Pelatihan untuk kesepuluh petugas Kyrgyztan merupakan tindaklanjut dari MoU Indonesia-IDB-Kyrgyztan melalui kerjasama Reverse Linkage yang telah ditandatangani tanggal 16 September 2015.
Pelatihan Training on Reproduction Disorder Control mulai dilaksanakan pada tanggal 17 Januari- 6 Februari 2016 di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari-Malang, yang merupakan salah satu UPT dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Selain dilakukan acara penutupan training juga dilakukan launching ekspor semen beku sebanyak 1200 dosis. “Kami sangat bangga dengan prestasi yang telah ditorehkan oleh BBIB Singosari dan diharapkan semakin banyak ekspor yang akan dilakukan kedepannya” ungkap Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Lebih lanjut ditekankan merupakan bukti bahwa penerapan teknologi bidang peternakan di Indonesia telah maju dan diakui secara internasional.
Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pertanian, Bapak Mesah Tarigan menyampaikan bahwa dari beberapa program Kerjasama Selatan Selatan dan Triangular di Indonesia, program pertanian menjadi program unggulan. Oleh karena itu Kementerian Pertanian patut berbangga, khususnya BBIB Singosari telah memberikan pembelajaran teknologi di bidang inseminasi buatan dari Indonesia untuk digunakan dalam meningkatkan produksi peternakan di Kyrgyztan.
Salah satu peserta pelatihan dari Kyrgyztan mengakui, bahwa dalam mengikuti pelatihan inseminasi buatan di Indonesia, banyak manfaat yang diperoleh dan secara nyata menambah keterampilan dan pengetahuannya. Keuntungan dari penggunaan teknologi inseminasi buatan dalam produksi ternak dibandingkan dengan kawin alam, yakni memperbaiki kualitas genetik ternak, lebih efisiensi, menghindari inbreeding, dan mengurangi resiko penyebaran penyakit reproduksi.
Sumber: Reno Sari, S.Pd, S.Pt, Yuliana Susanti, S.Pt, MSi. Subbag Kerjasama dan Humas, Bagian Perencanaan Ditjen PKH