• Beranda
  • Berita
  • Sukseskan Upsus Siwab: Dirjen PKH Kementan dan Bupati Lingga Lakukan Ib Massal dan Tanam Perdana Hijauan Pakan Ternak Indigofera

Sukseskan Upsus Siwab: Dirjen PKH Kementan dan Bupati Lingga Lakukan Ib Massal dan Tanam Perdana Hijauan Pakan Ternak Indigofera

  • 21 April 2017, 09:41 WIB
  • /
  • Dilihat 1929 kali

Lingga_(20/04/2017), Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Drh. I Ketut Diarmita, MP memberikan apresiasi terhadap upaya Bupati Lingga Kepulauan Riau (Kepri) Alias Wello dalam mendukung suksesnya pelaksanaan Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting). “Penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Bupati Lingga dan jajarannya, serta Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, atas kerjasama dan komitmennya, terutama dalam upaya mendukung pelaksanaan Upsus Siwab” kata I Ketut Diarmita saat melakukan Inseminasi Buatan (IB) massal dan penanaman pakan hijauan Indigofera pada hari Kamis tanggal 20 April di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau.

I Ketut Diarmita menyampaikan, tahun 2017 pembangunan peternakan dan kesehatan hewan nasional difokuskan melalui UPSUS SIWAB, dan segala sumberdaya yang ada dikerahkan untuk mendukungnya, untuk itu diperlukan dukungan dari Pemerintah Daerah dan masyarakat. Hal ini karena secara nasional Indonesia masih impor daging dan bakalan sapi, bahkan daging kerbau dari negara lain. Hal ini karena peningkatan produksi daging sapi/kerbau di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan kecepatan peningkatan kebutuhan daging secara nasional. “Sumber Daya Alam di Indonesia sangat mendukung untuk usaha peternakan sapi dan kerbau, terutama setelah saya datang ke Kabuten Lingga ini, sehingga harus benar-benar kita manfaatkan” ungkap Dirjen PKH.

Kegiatan UPSUS SIWAB dilakukan di seluruh provinsi se Indonesia dan pada tahun 2017 ditargetkan dapat mencapai sapi bunting 3 Juta ekor, sedangkan Provinsi Kepulauan Riau memiliki target sapi bunting 3.563 ekor dari 6.039 ekor akseptor. Target tahun 2017 s.d. akhir April adalah 1.932 ekor akseptor, dan berdasarkan hasil laporan yang diterima oleh Ditjen PKH Kementan sampai 18 April 2017 baru tercapai 368 ekor. Namun untuk target kebuntingan dari 1.140 ekor  telah tercapai 1.022 ekor. “Saya berharap kinerja IB di Provinsi ini lebih ditingkatkan, hormon yang telah dikirim dari Balai  Veteriner Bukit Tinggi agar langsung dimanfaatkan dengan baik terutama untuk Kabupaten Lingga, yang dipercayai target 802 ekor akseptor dan bunting 473 ekor” himbau Dirjen PKH.

Berdasarkan penggolongan wilayah perkembangan IB di Kepulauan Riau termasuk kategori IB semi intensif. Untuk itu masih banyak aspek yang harus segera ditingkatkan, diantaranya yaitu: ketersediaan petugas teknis (inseminator, petugas pemeriksa kebuntingan, dan asisten teknik reproduksi, serta medik paramedik) yang terlatih dan terampil. “Untuk menjangkau daerah kepulauan yang relatif jauh dan masih terbatas sarana transportasinya, penambahan petugas lapangan disetiap pulau harus menjadi prioritas, dan bulan ini ada 5 orang dilatih, semoga segera dapat meningkatkan kinerja IB di wilayah Lingga ini” kata I Ketut Diarmita.

Selanjutnya, I Ketut Diarmita menyampaikan yang tidak kalah penting adalah pelaporan kinerja IB, sapi bunting dan kelahiran pedet. “Progress record perlu diperhatikan, terutama laporan awal populasi sapi, dan berapa tambahannya itu harus dicatat” kata Dirjen PKH.  “Sejak bulan April ini pelaporan UPSUS SIWAB 100% harus melalui iSIKHNAS, maka bagi petugas yang belum dilatih iSIKHNAS agar segera dilatih dan melaporkan hasil kegiatannya dengan iSIKHNAS” tambahnya.

I Ketut Diarmita kembali menekankan bahwa dalam menjalalankan usaha peternakan perlu diperhatikan tatacara beternak yang baik, terutama masalah pakan harus benar-benar diperhatikan baik kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu juga perlu diperhatikan pengendalian penyakit, tanda-tanda ternak birahi dan melaporkan kepada inseminator untuk dilakukan IB. Setelah ternak bunting juga harus dijaga sehingga dapat beranak dengan sehat dan aman.

I Ketut Diarmita menegaskan, peran semua pihak sangat berarti bagi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan, terutama untuk berkontribusi dalam pemenuhan protein hewani asal ternak dari produksi daging nasional. “Dengan peran aktif semua pihak, kita harapkan Indonesia dapat menjadi Lumbung Ternak Asia, sehingga kita berharap peternak juga sejahtera dan dapat menikmati hasilnya karena adanya peningkatan pendapatan” tutur I Ketut Diarmita. “Saya perhatikan Bupati Lingga ini tidak hanya sebaga kepala daerah tapi juga sebagai trigger bagi pemuda-pemuda untuk lebih semangat mengembangkan perkebunan indigofera sebagai pakan ternak” tambahnya.

“Upaya Bapak Bupati Lingga untuk mengembangkan pakan hijauan seluas 100 hektar ini sangat saya apresiasi. Untuk itu telah dikirim bibit Indigofera dan alokasi anggaran dari Ditjen PKH Kementan untuk mendukung pengembangan hijauan pakan ternak, yang hari ini kita canangkan penanamannya” tutur I Ketut Diarmita.

Menurut I Ketut Diarmita, pakan memiliki peranan yang sangat vital dalam usaha peternakan karena 70% dari biaya produksi, dan kualitas pakan sangat menentukan kesehatan dan pertumbuhan ternak, sehingga penyiapan pakan sebelum pengadaan ternak merupakan langkah strategis yang sangat tepat.

Indigofera merupakan jenis legume yang sangat baik sebagai hijauan pakan ternak. Kandungan protein kasar indigofera sp. tinggi, yaitu 22-30%, dan kandungan mineral pentingnya juga tinggi, yaitu kalsium 0,22% dan fosfor 0,18%. “Tanaman ini selain tahan terhadap musim kering juga tahan terhadap genangan air dan salinitas, sehingga sangat cocok di tanam di daerah kepulauan seperti Lingga” kata I Ketut Diarmita. “Kandungan tanin dari Indigofera sangat rendah sehingga disukai ternak.  Selain itu, hijauan ini sangat bagus untuk pedet sapih, induk bunting dan menyusui karena dapat digunakan sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan supplemen sumber protein dan energi”, tambahnya.

Dirjen PKH kembali menjelaskan mengenai bagaimana peternak bisa memanfaatkan  Indigofera sebagai bahan pakan, yaitu setelah 8 bulan, indigofera dapat dipotong pertama kali dan sejanjutnya setiap 60 hari dapat dipotong lagi, dengan pemotongan kurang lebih 1 – 1,5 m dari permukaan tanah. Setiap panen Indigofera sp. mampu menghasilkan 2,6 ton bahan kering/hektar.

“Untuk pendampingan pengembangan Indigofera di Lingga ini kami juga telah menugaskan Tenaga Ahli dari Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari” kata I Ketut Diarmita. “Saya sarankan agar selain penanaman Indigofera, lahan ini juga ditanami rumput gajah dan rumput odot, sehingga dapat memenuhi kebutuhan jumlah dan keragaman nutrisi bagi ternak karena Indigofera dapat menggantikan konsentrat” tambahnya.

Lebih lanjut Dirjen PKH menyampaikan, Kabupaten Lingga yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pusat agribisnis peternakan sapi. “Sebagai daerah kepulauan yang memiliki ketergantungan pasokan pangan dari luar daerah dan luar negeri, ke depan kita optimis Kabupaten Lingga mampu mengubah pintu-pintu masuk impor pangan tersebut menjadi pintu-pintu keluar utama untuk ekspor pangan temasuk daging sapi” kata I Ketut Diarmita.

Bupati Lingga menyampaikan, Kegiatan IB Massal dan Penanaman Perdana Indigofera Menuju Kemandirian Pakan Ternak ini sebagai tindaklanjut arahan Menteri Pertanian untuk pengembangan wilayah perbatasan. “Ada 4 (empat) wilayah perbatasan yang akan dikembangkan yaitu Lingga, Merauke,Entikong dan NTT. Kawasan Pertanian Tanah Putih Desa Marok Tua Kecamatan  Singkep Barat  merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Kabupaten Lingga yang harus dimanfaatkan potensinya untuk kesejahteraan masyarakat” kata Alias Wello.

Lebih lanjut Alias Wello menjelaskan, pengembangan tanaman Indigofera ini merupakan bagian dari komitmen Kabupaten Lingga untuk mempercepat masuknya investasi di bidang peternakan. Ketersediaan hijauan pakan merupakan kebutuhan paling mendasar dalam bisnis peternakan sapi. Makanya, kami langsung siapkan lahan 100 Hektar untuk segera ditanami Indigofera, dan saat ini sudah ada dua investor yangt akan masuk”, ungkap Bupati Lingga.

“Kementerian Pertanian juga secara khusus memberikan perhatian kepada Kabupaten Lingga dengan program UPSUS percepatan pencetakan sawah baru, hal ini secara tidak langsung telah membantu bidang peternakan dalam penyediaan pakan karena jerami padi yang diberikan bersama Indigofera diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak” tambahnya.

Alias Wello menungkapkan, pengembangan Indigofera akan diproduksi secara massal, dan akan dibangun pabrik pengolahan pakan, sehingga pakan diolah dalam bentuk pellet-pelet yang dapat digunakan untuk pakan unggas, ternak dan ikan, serta dapat digunakan untuk orientasi ekspor. "Jika pilot project perkebunan Indigofera seluas 100 hektar itu berhasil, kami tidak akan segan-segan mengembangkannya lebih luas lagi. Lingga mempunyai 604 buah pulau kosong, dan baru 90 pulau yang sudah diisi oleh penduduk, sehingga dapat dimanfaatkan", kata Bupati Lingga.

 

 

 

Contact Person:

Yuliana Susanti, SPt, MSi (Humas Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan)

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset