Upaya Perbaikan Budidaya Kambing Etawa

  • 13 Juni 2016, 11:52 WIB
  • /
  • Dilihat 7712 kali

Jawa Timur sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi produksi ternak kambing cukup besar. Data tahun 2013, populasi di Jatim sekitar 2.937.980 ekor dengan produksi daging setahun mencapai 2.937.980 kg. (Dinas Peternakan Jatim, 2014). Penyebarannya hampir di seluruh pelosok desa dengan jumlah kepemilikan tiap keluarga tani 6-10 ekor, dan status pemeliharaan sebagai usaha sambilan untuk keperluan rumah tangga di saat mendesak.

Pemeliharaan kambing ditingkat petani masih dilakukan secara tradisional, yang ditandai pemberian pakan masih asal-asalan, pakan penguat sangat terbatas diberikan oleh peternak dan kualitas bibit bukan hal utama. Selain itu usaha pencegahan penyakit belum diterapkan, pengobatan hanya menggunakan obat-obat tradisional penyakit yang paling umum terjadi pada kambing yaitu scabies.

Beternak kambing Peranakan Etawa (PE) sebagai upaya pemberdayaan ekonomi petani memiliki potensi ekonomi yang cerah mengingat ternak jenis ini memiliki sifat prolifik yaitu kemampuan melahirkan anak dengan jumlah anak 1-3 ekor setiap kelahiran, di samping berpotensi menghasilkan daging dan susu (0,5-2 liter/hari). Susu kambing PE mengandung 3,6% protein, 6,2% lemak, 15,5% bahan kering, 35 % asam lemak. Susu kambing lebih baik bila dikonsumsi mentah bahkan bagi seseorang yang tidak toleran dengan susu sapi. Manfaat lainnya dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Di pasaran, harga susu kambing cukup mahal karena tidak banyak peternak yang mulai produksi susu kambing.

Pemeliharaan kambing PE ditingkat petani perlu diperbaiki untuk mendapatkan hasil yang lebih baik antara lain bisa dilakukan melalui adopsi teknologi produksi, sebagai berikut:

1. Mempercepat Dewasa Kelamin

Umur, bobot badan dan kesehatan berkaitan erat dengan dewasa kelamin, birahi, kebuntingan dan laktasi setelah pubertas. Kambing betina akan menunjukkan siklus berahi setiap 18-22 hari (rata-rata 20 hari). Tingkat kebuntingan pada berahi pertama (pubertas) umumnya rendah (45-60%) karena sebagian ternak (5-10%) berahi tanpa ovulasi. Kebuntingan akan berlangsung sekitar 5 bulan. Selama periode ini, hormon progesteron berada dalam konsentrasi tinggi untuk mempertahankan untuk mencapai birahi yang pertama. Awal birahi pada kambing biasanya pada umur 6-12 bulan atau setelah memiliki bobot badan 60% dari bobot kambing dewasa. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh kualitas pemberian pakan, terutama dengan penambahan pakan konsentrat urea molases blok (UMB) dapat mempercepat pubertas. Manfaatnya adalah ternak kambing akan mencapai produktivitas yang lebih tinggi. Hijauan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi seperti daun gamal, leguminosa atau lamtoro, sebelum diberikan harus dilayukan dengan cara diangin-anginkan.

2. Meningkatkan Jumlah Anak Sekelahiran

Selain faktor genetik melalui manajemen pemberian pakan yang lebih baik (teknik flushing) induk kambing PE dapat melahirkan anak dalam jumlah yang lebih banyak dalam sekali kelahiran, yaitu rata-rata 1,5 ekor. Melalui teknik flushing dapat meningkatkan hormon reproduksi, melancarkan birahi dan meningkatkan jumlah ovum yang dilepaskan dari ovarium. pada peternakan domba sudah biasa memberikan energi yang berlebihan (flushing) pada 2-3 minggu sebelum dan selama perkawinan.

Semakin banyak anak yang lahir dalam sekali kelahiran maka akan berpengaruh negatif terhadap pada bobot lahir anak dan bobot sapih dan tingginya tingkat kematian anak pra sapih. Kondisi anak kambing baru lahir masih lemah, oleh sebab itu harus dirawat intensif dan selalu dalam pengawasan. Selama masa kritis ini anak kambing cukup peka terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan, untuk itu perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:

  1. Tempatkan anak dalam kandang yang bersih yang memiliki sirkulasi udara yang baik, sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang;
  2. Lantai kandang dialasi jerami atau rumput kering, bila basah segera diganti dengan yang kering;
  3. Bila suhu udara dingin atau hujan terus menerus, kandang diberi lampu penghangat;
  4. Bila induk tidak bisa mengeluarkan air susu maka segera digantikan dengan susu sapi menggunakan botol susu, yaitu 3 - 4 kali se-hari selama 2 bulan;
  5. Anak kambing umur 1 bulan diajari makan rumput muda dan pakan tambahan berupa dedak atau ampas tahu.

3. Perawatan Anak Pasca Sapih

Bobot lahir yang rendah, produksi susu induk kurang mencukupi, sifat keindukan yang kurang baik merupakan faktor utama terhadap tingginya tingkat kematian anak prasapih. Anak kambing umur 1-3 hari merupakan masa-masa yang kritis untuk itu harus mendapatkan kolostrum dari induknya sebagai zat antibodi.

Apabila induk tidak ke luar air susunya setelah melahirkan anak segera diganti dengan susu kolustrum buatan yang terbuat dari bahan-bahan : 0,5 liter susu sapi atau susu bubuk, 1 sendok makan minyak ikan, 1 butir telur ayam kampung, 0,5 sendok gula pasir. Pemberiannya 3-4 kali sehari. Selanjutnya anak diberi susu pengganti (milkreplacer) atau creep feeding yang berasal susu sapi segar, atau dari campuran bahan dedak padi, pollard, bungkil kedelai, dan mineral yang berguna untuk mengurangi tingkat kematian anak pra sapih, dan meningkatkan penjualan anak.

4. Mempersingkat Jarak Antar kelahiran

Jarak antar kelahiran ditentukan oleh cepat-lambat datangnya birahi setelah induk melahirkan anak dan usia penyapihan anak. Artinya se-ekor anak yang disapih pada berusia 2-3 bulan maka dalam tempo 3-5 bulan induk akan birahi kembali. Kondisi ini menghasilkan jarak antar kelahirannya 8-10 bulan. Jarak kelahiran anak kambing di tingkat petani masih cukup panjang yaitu berkisar 12 bulan, akibat dari penyapihan anak lebih panjang dan kualitas pakan yang diberikan ala kadarnya. Di samping itu jarak kelahiran anak juga dipengaruhi oleh ada tidaknya kambing pejantan yang mampu mendeteksi dan mengawinkan kambing betina yang mengalami birahi tenang. Untuk mengatasi masalah tersebut petani harus punya pejantan pemajcek baik secara pribadi atau kelompok agar setiap saat dapat mengawinkan birahi. Menyiapkan agar induk birahi secara bersamaan (melalui pengaturan tentunya) maka manajemen perkawinan dan pemeliharaan akan lebih mudah, lebih efisien, tentunya memberikan keuntungan bagi petani.

Mempercepat induk kembali birahi setelah melahirkan anak juga dapat dilakukan melalui pemberian pakan berkualitas (teknik flushing), melalui pemberian pakan berkualitas berupa 50% rumput lapangan dan 20% daun gamal sebagai pakan utama, ditambah dengan pakan penguat dari campuran : 65% onggok, 35% dedak padi, dan 2 kg mineral. Pemberiannya dilakukan 2-3 minggu sebelum dan selama perkawinan sebanyak 2,5% dari bobot badan.

5. Meningkatkan Efisiensi Perkawinan

Cara kawin alami lebih mudah dan lebih efisien diterapkan guna menghasilkan tingkat kebuntingan yang lebih tinggi, yaitu dengan rasio perbandingan jantan dan betina berbanding 1 : 10.

Sinkronisasi birahi atau penyerentakan birahi pada induk betina menggunakan hormon protaglandin akan lebih memudahkan penanganan anak yang lahir secara serentak, berbeda dengan kelahiran anak terjadi setiap tahun maka akan menyebabkan waktu untuk mengurusi kambing menjadi lebih sibuk.

6. Meningkatkan Jumlah Anak Hidup

Kematian kambing anak, khususnya pada masa pra-sapih dapat mencapai 10–50% akibat dari rendahnya bobot lahir anak, produksi susu induk dan sifat keindukan yang kurang baik. Umur 0-3 hari merupakan masa kritis bagi anak, dan konsumsi kolostrum pada masa ini sangat penting untuk memperoleh antibodi. Mengatasi masalah tersebut dilakukan dengan perlakuan superovulasi dan perbaikan kondisi pakan induk, maupun anaknya dengan penerapan teknologi susu pengganti (milk replacer) dan/atau creep feeding.

Susu sapi segar cukup aman dipakai sebagai bahan dasar susu pengganti untuk anak kambing, sedangkan pakan creep feeding yang dibuat dari campuran beberapa bahan pakan (dedak padi, pollard, bungkil kedele dan mineral) dengan kandungan protein kasar sekitar 24% dan total digestible nutrient (TDN) 70%. Melalui cara ini tingkat kematian anak pra-sapih dapat diturunkan dari 13-18% menjadi 0-4%. Akibatnya jumlah anak yang disapih dan dijual meningkat 15-17.

 

Ir. Yudha Sukardi - Penyuluh Pertanian Madya di BPTP Jawa Timur

Sumber : https://tabloidsinartani.com/content/read/upaya-perbaikan-budidaya-kambing-etawa/

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset