Gerak Cepat Kementan dan FAO Susun Strategi Cegah dan Kendalikan Wabah PMK dan LSD
- 13 November 2023, 15:26 WIB
- /
- Dilihat 491 kali
- /
- humaspkh
Jakarta – Kementerian Pertanian bersama FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD) Indonesia didukung oleh Pemerintah Australia dalam hal ini Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) menerima kunjungan Tim Ahli Peternakan dan Kesehatan Hewan dari FAO untuk melakukan pertemuan dan kunjungan lapang ke Provinsi Jawa Timur dalam upaya mempercepat pengendalian Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK) dan Penyakit Kulit Berbenjol (LSD), serta mengembangkan rencana strategis berbasis risiko.
Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Nuryani Zainuddin mengatakan PMK dan LSD merupakan penyakit yang sangat menular, dapat menyebar dengan cepat di antara populasi ternak, mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar karena berkurangnya produksi daging dan susu, pembatasan perdagangan, dan bahkan mengharuskan pemusnahan hewan yang terinfeksi.
“Pencegahan dan pengendalian penyakit memiliki arti penting baik bagi sektor peternakan maupun dari aspek perekonomian secara luas. Penerapan biosekuriti yang efektif merupakan pendekatan yang hemat biaya dan secara teknis mudah dilakukan oleh para peternak”, ujarnya.
Melissa Mclaws, ahli pengendalian PMK dan epidemologi yang menjadi narasumber pada pertemuan tim ahli di kantor Ditjen PKH pada 13 November 2023 menjelaskan bahwa FAO telah mengirimkan sejumlah ahli ke Indonesia untuk melakukan misi tanggap darurat atas wabah PMK di Indonesia. Misi tersebut mencatat bahwa pemahaman mengenai biosekuriti di lapangan kurang baik di kalangan peternak dan masyarakat karena itu merupakan risiko infeksi yang signifikan.
“Biosekuriti merupakan komponen penting dan strategis dalam pengelolaan atau tata kelola peternakan untuk mencegah masuknya penyakit, berkembangnya, dan tersebarnya suatu wilayah peternakan. Ada tiga prinsip dasar biosekuriti dalam penerapannya pada peternakan, yaitu isolasi, pengendalian lalu lintas, serta pembersihan dan disinfeksi”, ungkapnya.
Dalam rangka meningkatkan penerapan biosekuriti di peternakan ruminansia besar, Kementerian Pertanian bekerjasama dengan FAO ECTAD telah menyusun pedoman biosekuriti pada peternakan sapi potong dan sapi perah yang disusun berdasarkan prinsip biosekuriti. Pedoman tersebut dapat dimplementasikan untuk peternakan skala mikro, kecil, menengah, dan besar.
Kunjungan Melissa diharapkan memberikan rekomendasi rencana strategis berbasis risiko untuk pengendalian PMK dan LSD yang berfokus pada mitigasi risiko dalam praktik biosekuriti di peternakan sapi perah dan sapi potong di Indonesia.
Melissa menambahkan bahwa pertemuan yang diadakan di Kantor Ditjen PKH juga akan dilaksanakan kunjungan lapang ke Jawa Timur, bertujuan untuk membahas penerapan praktik pengendalian yang paling tepat.
“Kami mengadakan pertemuan ini untuk berkonsultasi dan mengidentifikasi konsep biosekuriti sehubungan dengan penyusunan rencana strategis biosekuriti”, jelasnya.