Kementan Dorong Pengembangan Sektor Hilir Industri Peternakan Di Kawasan Perbatasan Indonesia
- 21 Juni 2016, 12:42 WIB
- /
- Dilihat 1920 kali
BENGKAYANG, Kawasan perbatasan Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sentra agribisnis peternakan jika dilihat dari keunggulan komparatif yang dimiliki pada wilayah tersebut, yakni adanya padang penggembalaan yang berpotensi sebagai sumber pakan. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr. Ir. Muladno, MSA pada Rapat Koordinasi Akselerasi Pembangunan Kawasan Perbatasan (ABANGTAS) yang mengangkat tema “Pengembangan Pertanian Terpadu Kawasan Perbatasan Negara di Kabupaten Bengkayang” Rabu tanggal 15 Juni 2016. Rapat koordinasi ini dikomandoi oleh Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Muladno, MSA yang hadir sebagai salah satu narasumber pada acara tersebut menyampaikan materi Kebijakan Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan di Daerah Kawasan Perbatasan. Dirjen PKH memaparkan kegiatan yang dilakukan di wilayah perbatasan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengembangan padang pengembalaan sebagai sumber pakan bagi pengembangan ternak. Muladno juga menyampaikan bahwa pengembangan agribisnis peternakan dapat dilakukan dengan pendekatan Sentra Peternakan Rakyat (SPR), sehingga dapat mendorong peningkatan populasi dan produktifitas ternak di wilayah tersebut.
"Pengembangan peternakan di wilayah perbatasan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan padang pengembalaan sebagai sumber pakan, selain itu melalui pendekatan SPR paling tidak para peternak dapat membentuk bisnis berjamaah”, ungkap Muladno. “Pembentukan SPR ini nharus memenuhi beberapa persyaratan yaitu mempunyai 1-3 ekor ternak, berjiwa bisnis, mau bekerjasama dan berjamaah, minimal memiliki 1000 ekor indukan dengan maksimal 500 peternak dalam 1 manajer”, jelas Muladno”. “ Selain itu di dalam SPR perlu juga ada 1 orang dokter hewan, sumber air selalu tersedia, lahan dan pakan dikelola secara rotasi, serta bekerjasama dengan pihak Perguruan Tinggi dari segi pembinaan, pendidikan dan pelatihan", tambahnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat Drh. A. Manaf M juga juga menyampaikan bahwa Kabupaten Bengkanyang cukup potensial untuk pengembangan padang pengembalaan dan Sentra Peternakan Rakyat karena didukung oleh pakan yang cukup tersedia dan populasi ternak yang tinggi. "Bengkayang potensial untuk pengembangan peternakan karena memiliki populasi sapi potong yang cukup dan tersedia padang pengembalaan sebagai sumber pakan, sehingga dapat dikembangkan pula SPR di wilayah ini", ungkap Manaf.
A. Manaf. M juga menyampaikan bahwa kerjasama antara TNI dan Kementerian Pertanian RI dibidang peternakan akan tetap dilanjutkan karena kahadiran TNI sangat penting dalam pengawalan pengembangan peternakan di daerah kawasan perbatasan. Beliau juga menyarankan jika pengelolaan padang pengembalaan dilaksanakan dan SPR dibentuk di kawasan perbatasan Bengkayang ini, maka sebaiknya TNI dilibatkan dan difasilitasi dana intensif untuk membantu dalam hal pengawalan. "Sebaiknya perlu keterlibatan TNI dalam pengembangan pembangunan peternakan di wilayah perbatasan", ungkapnya.
Berdasarkan informasi dari petugas lapang bidang peternakan di Kabupaten Bengtkayang yang tidak mau disebutkan namanya diungkapkan bahwa di daerah perbatasan Bengkayang cocok juga untuk pengembangan peternakan kambing Peranakan Ettawa yang dapat diintegrasikan dengan pohon lada. “Di Bengkayang sudah ada kelompok-kelompok ternak yang berintegrasi dengan tanaman lada, dan saat ini hasilnya cukup baik” ungkapnya. "Sudah ada beberapa kelompok peternakan kambing ettawa yang berintegrasi dengan tanaman lada dan hasilnya cukup baik". tambahnya.
Pada akhir acara Dirjen PKH menyampaikan kembali arahannya bahwa Kabupaten Bengkayang memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri peternakan, mengingat memiliki popoulasi ternak yang cukup, serta adanya padang penggembalaan sebagai sumber pakan, maka perlu adanya peningkatan terutama di sektor hilir yaitu untuk pengolahan dan pemasaran hasil peternakan. “Masyarakat peternak di sini perlu diajarkan bagaimana cara mengolah hasil-hasil peternakan sehingga memperoleh nilai tambah, seperti misalnya membuat bakso, sosis dan produk olahan daging lainnya, sehingga hasil atau produknya dapat dijual atau diekspor ke negeri tetangga, yakni Malaysia yang berbatasan langsung dengan wilayah ini” himbau Muladno. Hal ini disampaikan mengingat Kabupaten Bengkayang yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, dimana wilayahnya berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia. “Melalui pendekatan SPR, maka saya yakin peternak yang sudah berjamaah dalam menjalankan bisnisnya dengan diberikan pembinaan oleh Perguruan Tinggi dan penyuluh maka akan dapat menjalankan bisnisnya lebih efektif dari hulu hingga hilir” tambahnya penuh harap.
(Padjarnain, S.Pt.,Yuliana Susanti, S.Pt, MSi - Humas Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan)