NTT Sebagai Nusa Ternak Terbaik

  • 21 April 2016, 14:31 WIB
  • /
  • Dilihat 8823 kali

Kupang_Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Dr. Ir. Muladno, MSA, berharap NTT (Nusa Tenggara Timur) dapat terus menjaga struktur populasinya dan menjadi Nusa Ternak Terbaik.  NTT sebagai wilayah kepulauan sebagai penyedia ternak-ternak dengan kualitas yang baik ditunjukkan dengan ketersediaan sapi dengan bobot yang diharapkan para pelaku usaha.

“Kita jadikan NTT sebagai Nusa Ternak Terbaik”, ungkap Muladno.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal PKH pada saat menghadiri Acara Panen Sapi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Kupang, Senin (18/4). Kegiatan yang dilaksanakan di Sentra Peternakan Rakyat (SPR) Am’toas Desa Nunsaen Kecamatan Fatuleu Tengah Kabupaten Kupang ini dilakukan dalam rangka memotivasi usaha peternakan sapi potong yang dilakukan oleh para peternak yang tergabung dalam SPR mandiri di Kabupaten Kupang.

Sebagaimana diketahui bahwa Provinsi NTT merupakan salah satu wilayah produsen sapi potong yang berkontribusi dalam  memenuhi kebutuhan daging sapi nasional, terutama untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di wilayah Jabodetabek. Populasi Sapi di NTT pada tahun 2015 sekitar 902.326 ekor atau tumbuh rata-rata 5,8% selama 5 tahun terakhir, dengan  didominasi oleh jenis sapi Bali dan sapi Ongole. Jumlah sapi tersebut setara 5.8% dari populasi sapi nasional.

Sebagai upaya dalam rangka meningkatkan populasi sapi potong untuk mewujudkan kedaulatan pangan asal ternak dan kesejahteraan peternak, maka Pemerintah telah mengembangkan model pengembangan peternakan rakyat melalui pendekatan SPR. SPR merupakan suatu model pemberdayaan masyarakat dalam hal ini para peternak, dalam mengelola usaha peternakannya yang berorientasi bisnis kolektif sehingga dapat berperan sebagai media pembangunan peternakan secara terintegrasi bagi pembangunan peternakan.  Sehingga, kehadiran SPR diharapkan akan melahirkan peternak-peternak yang mampu memproduksi dan mensuplai daging ke daerah lain tanpa harus impor.

Pada tahun 2016 telah ditetapkan 50 SPR sebagai pilot project (atau SPR Perintis), dan diharapkan pada tahun berikutnya SPR akan terus bertambah keberadaannya. Namun demikian, di beberapa daerah juga bermunculan SPR - SPR mandiri yang dibentuk oleh peternak-peternak yang berjamaah dalam menjalankan aktifitas beternaknya dengan pola pendekatan SPR seperti para peternak yang hadir pada acara panen sapi dari SPR Am’toas Kecamatan Fatuleu Tengah dan SPR Oemat’ana Kecamatan Amabioefelo, serta SPR Amvini Kecamatan Amavasi Timur.

Pada kesempatan ini juga dilaksanakan kegiatan launching pembentukan koperasi Serba Usaha Bijael Bot  Sejahtera (BIBOS) yang bergerak dibidang pertanian dan peternakan. Koperasi ini pada awalnya merupakan koperasi salah satu SPR yaitu Am’toas yang selanjutnya diluncurkan menjadi kegiatan usaha bagi SPR yang ada di Kabupaten Kupang.

Rangkaian acara panen sapi ini diisi dengan beberapa kegiatan, diantaranya yaitu simbolisasi penimbangan sapi untuk selanjutnya dibeli oleh pelaku usaha, penyerahan simbolisasi pedet-pedet hasil intervensi Inseminasi Buatan (IB) bantuan pemerintah. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada kesempatan tersebut melakukan IB sebagai pengenalan intervensi teknologi. Pelaku usaha yang ikut turut bermitra dengan koperasi BIBOS membantu peternak yang ditunjukkan dengan penyerahan sapi-sapi penyelamatan betina produktif untuk dipelihara lebih lanjut dengan sistem gaduh.

Pemerintah saat ini terus berupaya memperbaiki sistem distribusi dan tata niaga yang belum efisien, salah satunya dengan fasilitasi kapal khusus ternak. Selain perbaikan aspek tata niaga, pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan populasi dan produktivitas ternak dengan beberapa kegiatan diantaranya yaitu : Gertak Birahi Inseminasi Buatan (GBIB) dan Pengadaan Sapi Indukan, dimana pada tahun 2016 ini pemerintah berencana akan mengimpor 50.000 sapi indukan, serta penyelamatan sapi betina produktif. Peran pemerintah daerah adalah menjaga keseimbangan struktur populasi ternaknya dan menginisiasi pembentukan wilayah sumber bibit pada daerah padat ternak. Diharapkan dengan adanya peningkatan populasi dan produktivitas ternak, secara signifikan dapat memberikan dampak positif untuk peningkatan ketersediaan daging sapi di Indonesia dan tercapainya harga daging sapi yang terjangkau di tingkat konsumen.

 

(Ismatullah Salim, S.Pt., Yuliana Susanti, S.Pt., M.Si – Humas Ditjen PKH Kementan)

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset