Melirik Penyakit Marek

  • 04 September 2015, 09:52 WIB
  • /
  • Dilihat 23422 kali

Aspek penyakit dalam dunia peternakan sepertinya sudah menjadi warna tersendiri dalam siklus produksi. Kerugian secara ekonomi dari timbulnya penyakit pada peternakan juga tidak sedikit. Namun, meskipun demikian para peternak tidak patah arang dengan adanya penyakit ini, malah seringkali menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam meneruskan roda usaha.

Salah satu penyakit yang sering menyerang ayam adalah penyakit Marek, penyakit ini biasanya terjadi panda ayam yang belum dewasa atau berumur antara 2 sampai 5 bulan dengan angka kematian yang mencapai 80%. Penyakit Marek merupakan penyakit unggas yang menyerang sistem limfoid dan sistem saraf. Secara komersial, penyakit Marek merupakan penyakit penting. Karena, sifatnya yang proliferatif dan sangat menular.

Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Sebagai akibat dari biaya vaksinasi yang cukup tinggi, Biaya vaksinasi menjadi cukup tinggi karena sifat virus ini yang sering melakukan mutasi secara terus menerus bahkan seringkali berubah sifat menjadi virus yang lebih virulen. Oleh karena itu, vaksin yang tersedia seringkali tidak mampu menginduksi kekebalan yang protektif terhadap virus Marek yang telah bermutasi. Dampak lain dari adanya penyakit ini adalah penurunan kualitas daging terutama pada peternakan ayam pedaging, serta  mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas produksi, penurunan kualitas produksi tersebut terjadi karena penyakit marek menyebabkan kelainan pada kulit, sehingga kualitas daging ayam menjadi menurun.

Penyebab penyakit ini dibagi menjadi tiga serotipe 1). Isolat serotipe 1: terdapat pada ayam dan menyerang secara sangat ganas (oncogonic) sampai tidak ganas (avirulent), 2). Isolat serotipe 2: umumnya terdapat pada ayam dan bersifat tidak ganas (nononcogonic), 3). Isolat serotipe 3: dikenal dengan istilah turkey herpesvirus. Serotipe ini terdapat pada kalkun dan bersifat tidak ganas (nononcogenic).

Secara umum ayam dapat tertular oleh penyakit dari golongan ini dengan cara melalui sistem pernafasan, sumber penularan berasal dari udara yang telah tercemar oleh virus yang berasal dari folikel bulu ayam terinfeksi. Di daerah endemik, virus penyakit Marek dapat bertahan pada suhu kamar selama beberapa bulan. Oleh karena itu, vaksinasi awal sangat penting dilakukan untuk mencegah infeksi Marek kelak di kemudian hari.

Cara penularan penyakit ini melalui udara, baik secara kontak langsung maupun tidak langsung, penularan penyakit Marek dapat pula terjadi lewat percikan, yakni melalui bersin dan batuk unggas sakit. Virus penyakit Marek ditemukan pada folikel buku unggas terinfeksi. Virus tersebut dapat bertahan di dalam kandang yang telah tercemar selama beberapa bulan di temperatur 20 – 250 C. Sedang ayam yang terinfeksi subklinis merupakan sumber infeksi penyakit Marek.

Perjalanan penyakit ini dalam tubuh  dipengaruhi oleh jenis dari virus, dosis, jalur infeksi, umur ayam, status kekebalan dan kerentanan genetik dari ayam. Infeksi Marek meskipun sifatnya subklinis, namun unggas terinfeksi tetap mengekresikan virus secara terus menerus melalui fases. Virus penyakit ini menginfeksi ayam melalui cara pernafasan. Selanjutnya virus menginfeksi sel epitel dari saluran pernafasan sehingga terjadi viremia yang melibatkan sel makrofag. Hari ke-6 terjadi infeksi produktif dari sel limfoid di berbagai organ seperti timus, bursa fabrisius, sumsum tulang dan limpa.

Perdileksi virus penyebab penyakit Marek terdapat pada sel-sel limfoid, yang menyebabkan terjadinya pengaruh imonusupresif . Dua minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder yang sifatnya permanen, diikuti oleh meningkatnya jumlah sel limfoblastoid dari sel T. Kematian unggas mulai terjadi dalam selang waktu satu minggu setelah unggas terinfeksi.

Lesi-lesi pada penyakit Marek disebabkan oleh adanya infiltrasi dan transformasi dari limfosit T yang mengakibatkan terjadinya leukemia. Timbulnya sel radang ditandai pula oleh penghancuran selain sel-sel limfoid oleh virus. Lesi sel-sel pada folikel bulu adalah campuran dari sel-sel radang dan sel-sel limfoblastoid. Sedangkan sel epitel di bawah folikel bulu merupakan infeksi produktif dari sel-sel radang dan juga mengandung virus. Virus yang infektif dapat disebarkan di area kandang bersama rontokan bulu dan reruntuhan jaringan yang berasal dari tubuh ayam sakit.

Ayam yang telah sembuh secara subklinis dari penyakit Marek merupakan sumber penular yang sifatnya seumur hidup. Ekskresi virus yang terbanyak ditemukan selang waktu 5 sampai 6 minggu setelah ayam terinfeksi. Kotoran yang berasal dari ayam sakit merupakan pencemaran penyakit di area kandang dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan penyakit menjadi bersifat endemik. Penanganan terhadap kandang yang telah tercemar virus penyakit Marek memerlukan waktu yang cukup lama.

Gejala yang tampak akibat penyakit ini adalah terdapat tumor saraf dan organ pencernaan serta terjadi infiltrasi lymphoid pada saraf peripheral. Akibat adanya infiltrasi lymphoid pada iris, ayam mengalami kelumpuhan (paralysis) dehidrasi dan kebutaan. Gejala tersebut sedikit membantu dalam diagnosais karena ayam yang sedang terserang akan selalu diikuti oleh kematian. Terdapat empat perbedaan pola luka akibat penyakit ini sebagai berikut: 1). Terdapat pembesaran yang jelas di bagian saraf peripheral, 2). Terjadi pelunturan warna panda iris, 3). Terdapat pembesaran pada folikel bulu dengan warna kemerahan , 4). Terdapat tumor pada alat pencernaan yaitu pada hati, jantung, ginjal, gionad, limpa, pangkal saluran cerna (proventriculus), serta organ dan jaringan lainnya.

Perubahan patologi anatomi kebanyakan di antaranya berupa gejala lymphoproliferative, penyakit Marek bersifat klasik biasanya ditandai dengan mortalitas antara 10-125% yang berlangsung beberapa minggu sampai sebulan. Perubahan patologi anatomi ditandai dengan terjadinya pembesaran satu atau lebih urat syaraf yang ditemukan panda syaraf iskiadicus, saraf di antara tulang rusuk, saraf kolon,saraf mesentrium, saraf vagus abdomen, dan plexus brachialis.

Pembesaran urat saraf dapat mencapai ukuran tiga kali lipat dari ukuran normalnya. Di samping membesar saraf juga kehilangan bentuk luriknya dan mengalami udema serta berwana kekuningan atau bening. Pembesaran urat saraf ini bersifat unilateral. Sehingga memudahkan untuk mendiagnosa penyakit Marek. Cara membandingkan penyakit Marek adalah dengan membandingkan ukuran daru dua saraf yang sama, misalnya saraf iskiadicus sebelah kanan dibandingkan dengan sebelah kiri

Diagnosa banding dari penyakit ini adalah penyakit Limfoid leukosis (LL) yang disebabkan oleh Retrovirus, dan penyakit Reticuloendotheliosis. Ketiga penyakit ini ditandai dengan pembentukan tumor yang ditemukan pada berbagai organ seperti pada hati, limpa dan ginjal. Untuk membedakan ketiga penyakit ini didasarkan atas gejala klinis, perubahan patologi, dan hasil uji serologi. Penegakan diagnosa lebih lanjut bisa dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan isolasi dan identifikasi virus penyebab penyakit, Virus Neutralitazation Test (VN), Flourecent Antibody Test (FAT),  serta Agar Gel Presipitation Test (AGPT).

Pada pemeriksaan histopatologi alat tubuh ayam penderita akan ditemukan infiltrasi sel-sel limfoid seperti blast cell, limfosit besar, limfosit kecil dan sel plasma yang bersifat basofilik. Pada sitoplasma didapatkan vacuola dan inti yang bagian-bagiannya tidak jelas

Pencegahan penyakit biasanya dilakukan dengan cara memberikan vaksinasi yang dilakukan di lokasi penetasan telur. Vaksinasi ulang tidak diperlukan karena kekebalan akan berlangsung cukup lama. Vaksin yang umum digunakan berisi turkey herpesvirus  (serotipe 3) seperti vaksin HVT. Penggunaan vaksin bivalent yang berisi turkey herpesvirus dan chicken herpesvirus (serotipe 2), seperti vaksin Rispen direkomendasikan untuk mencegah serangan virus sangat ganas yang berasal dari strain lapangan.

Pengendalian dapat dilakukan dengan membeli anak ayam yang telah divaksin Marek oleh perusahaan pembibitan, memberantas kumbang pemindah penyakit, persiapan kandang indukan dengan kosong kandang, sanitasi dan desinfeksi sehingga kandang bebas dari virus Marek saat DOC datang. Drh. Muhrisol Yafi, Koresponden PI tinggal di Sidoarjo.

 

 

Sumber : https://www.poultryindonesia.com/news/kesehatan/melirik-penyakit-marek/

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No.3
Gedung C Lt 6 - 9, Ragunan, Kec. Pasar Minggu,
Kota Jakarta Selatan, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset