Indonesia dan Australia Bahas Penguatan Kerja Sama Kesehatan Hewan
- 13 Januari 2025, 11:36 WIB
- /
- Dilihat 76 kali
- /
- humaspkh

Jakarta — Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direkrorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menerima audiensi dari Chief Veterinary Officer (CVO) Australia, Dr. Beth Cookson, pada 13 Januari 2025. Pertemuan ini bertujuan memperkuat kerja sama jangka panjang dalam bidang kesehatan hewan dan biosekuriti, terutama dalam upaya pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD).
Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Imron Suandy, menyampaikan harapan agar kerja sama ini dapat mendukung pengembangan sektor peternakan Indonesia secara berkelanjutan. Salah satu fokus diskusi adalah terkait bantuan vaksin PMK dan LSD dari Departemen Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Australia (DAFF).
Dr. Beth Cookson menjelaskan bahwa DAFF sedang mempertimbangkan bantuan sebanyak 30.000 dosis vaksin PMK dan 30.000 dosis vaksin LSD. Bantuan tersebut direncanakan untuk digunakan di buffer zone sekitar kawasan feedlot melalui GAPUSPINDO, mengingat keterbatasan anggaran yang ada.
"Kami memahami pentingnya dukungan ini bagi Indonesia, dan DAFF akan memastikan bahwa bantuan tersebut dapat segera terealisasi sesuai prioritas yang telah dibahas," ujar Dr. Beth Cookson.
Menanggapi hal tersebut, Imron Suandy meminta pertimbangan lebih lanjut agar bantuan vaksin mencakup wilayah pengembangan sapi indukan dan sapi perah yang sebagian akan diimpor dari Australia. “Kami berharap DAFF dapat meningkatkan jumlah bantuan vaksin serta memperluas cakupan wilayahnya, khususnya untuk mendukung kawasan pengembangan ternak di masa mendatang,” ungkap Imron Suandy.
Dalam diskusi tersebut, DAFF juga menyampaikan rencana untuk melanjutkan program Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) dengan menambah porsi komponen kesehatan hewan. DAFF berkomitmen untuk berkontribusi sebagai mitra utama dalam program ini.
Selain itu, DAFF menyoroti peluang kontribusi mereka melalui program regional Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH), yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan hewan di Indonesia. Diskusi juga mencakup kemungkinan kerja sama dalam pengajuan official control program untuk PMK dan rabies ke WOAH, sebagai upaya memperkuat status pengendalian penyakit hewan di Indonesia.
DAFF turut meminta dukungan Indonesia dalam menjaga status Australia sebagai negara bebas LSD, sekaligus menegaskan komitmen transparansi apabila terjadi perubahan status.
“Australia tetap bebas LSD hingga saat ini, dan kami berkomitmen untuk menjaga komunikasi yang terbuka dengan mitra kami, termasuk Indonesia,” tegas Dr. Beth Cookson.
Pertemuan ini menegaskan komitmen kedua negara untuk terus memperkuat kerja sama di bidang kesehatan hewan. Diharapkan langkah-langkah konkret yang dihasilkan dapat mendukung pembangunan sektor peternakan yang tangguh dan berkelanjutan.