Kementan Investigasi Laporan Kematian Babi di Pasuruan Jawa Timur
- 18 Februari 2025, 18:09 WIB
- /
- Dilihat 332 kali
- /
- humaspkh

Yogyakarta _Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates bergerak cepat merespons laporan kematian babi di Desa Sedaeng, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Tim investigasi gabungan yang terdiri dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui BBVet Wates serta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan telah turun ke lapangan untuk melakukan penyelidikan.
Tim mengambil sampel dari babi yang mati guna diuji di laboratorium. Langkah ini bertujuan mengidentifikasi penyebab pasti kematian, dan mencegah potensi penyebaran penyakit. Selain itu, tim memberikan vitamin dan pengobatan kepada ternak yang masih hidup untuk memperkuat daya tahan tubuhnya.
“Kami bergerak cepat menindaklanjuti laporan ini. Sampel yang kami ambil akan menjadi dasar dalam menentukan langkah pengendalian. Kami juga mengimbau peternak untuk menjaga kebersihan kandang dan memberikan pakan berkualitas,” ujar Lestari, Ketua Tim Investigasi, Selasa, 18 Februari 2025.
Saat ini, BBVet Wates juga melakukan pengujian terhadap sampel yang dikirimkan ke Laboratorium Kesehatan Hewan Malang. Pemeriksaan ini mencakup kemungkinan infeksi penyakit hewan menular strategis (PHMS) seperti Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF), serta faktor lain yang berkontribusi terhadap kematian ternak.
ASF merupakan penyakit virus yang sangat menular dan mematikan bagi babi. Meskipun tidak berbahaya bagi manusia, wabah ini berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi yang besar bagi peternak. "Kami mengimbau peternak untuk memisahkan babi yang sakit atau menunjukkan gejala aneh dari babi yang sehat. Segera laporkan ke petugas kesehatan hewan terdekat jika menemukan kasus serupa," imbau Panti, yang merupakan dokter hewan dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan.
Sementara itu, Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Imron Suandy, menekankan pentingnya penerapan biosekuriti, disinfeksi, serta pembatasan lalu lintas ternak sesuai dengan peta epidemiologi. “Penanganan limbah dan vektor seperti caplak di kandang harus dilakukan secara optimal. Swill feeding atau pemberian sisa makanan juga harus dimasak terlebih dahulu untuk membunuh virus. Peternak juga dapat menggunakan pemutih pakaian sebagai bahan disinfektan sederhana untuk mengurangi risiko penularan,” ujarnya saat dikonfirmasi di Kantor Kementan Jakarta.
Sebagai upaya pencegahan jangka panjang, Kementan juga memberikan edukasi kepada peternak mengenai tata kelola pemeliharaan ternak yang baik serta langkah-langkah pencegahan penyakit. Hasil investigasi ini akan menjadi dasar bagi Pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam menentukan kebijakan pengendalian penyakit hewan menular di wilayah tersebut.