• Beranda
  • Berita
  • Sapi Bali Tumpuan Di Masa Mendatang Dan Strategi Pengembangannya

Sapi Bali Tumpuan Di Masa Mendatang Dan Strategi Pengembangannya

  • 19 Januari 2017, 01:48 WIB
  • /
  • Dilihat 14704 kali

JAKARTA_16 Januari 2017, Sapi Bali merupakan salah satu plasma nutfah atau Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan sudah menjadi ikon sapi nasional. Sapi Bali sebagai rumpun ternak asli Indonesia telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 325/kpts/OT.140/1/2010 dan telah terdaftar di DAD-IS FAO.

Dirjen PKH, Drh. I Ketut Diarmita, MP menyatakan bahwa sapi Bali menjadi tumpuan harapan di masa mendatang.  Sapi Bali merupakan  ternak asli Indonesia  yang cepat beradaptasi, mudah dikembangbiakkan (memiliki kemampuan produksi dan reproduksi yang sangat baik), dan mempunyai kualitas daging yang baik. Daging sapi Bali mempunyai beberapa kelebihan antara lain memiliki keadaan perlemakan (marbling) warna dan keempukan yang baik. Sapi Bali dengan pola pemeliharaan secara ekstensif  dan sepenuhnya mengandalkan pakan hijauan tanpa ada konsentrat dan treatmen hormonal merupakan suatu nilai tambah dan dapat masuk dalam kategori daging sapi organik. Bila dianalogikan seperti daging ayam kampung dibanding dengan ayam ras.

Untuk mengembangkan dan menjaga pelestarian sapi Bali, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (DITJEN PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki beberapa strategi diantaranya yaitu:

  1. Pengembangan dan pelestarian sapi Bali di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali di Pulukan Provinsi Bali, yang merupakan unit pelayanan teknis sebagai penghasil bibit sapi Bali yang berkualitas. BPTU Sapi Bali produknya telah tersertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Benih dan Bibit ternak yang terakreditasi.
  2. Pemurnian sapi Bali melalui penguatan pembibitan di Pulau Nusa Penida yang sudah berjalan sejak tahun 2013. Kegiatan pemurnian sapi Bali ini didampingi oleh pakar pemuliaan, dan saat ini sudah lebih nyata terjadi peningkatan mutu genetik yang terlihat dari performans sapi Bali tersebut yakni bibit yang dihasilkan rata-rata telah memenuhi SNI yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) yang dikeluarkan dari Dinas Peternakan Kabupaten Klungkung. Selain pelaksanaan pemurnian sapi Bali di Nusa Penida juga telah dilakukan  penguatan pembibitan di sentra – sentra pembibitan lainnya yaitu di Kabupaten Badung dan Buleleng.
  3. Pewilayahan sumber bibit sapi Bali, dimana sampai saat ini Menteri Pertanian sudah menetapkan 4 (empat) wilayah sumber bibit sapi Bali, yaitu Kabupaten Barru, Kabupaten Kelungkung, Kabupaten Barito Koala dan Kabupaten Konawe Selatan. Tujuan adanya pewilayahan sumber bibit antara lain untuk membentuk wilayah/daerah pemurnian ternak asli/lokal Indonesia, sehingga ternak asli/lokal Indonesia dapat lestari, mewujudkan dan menjamin ketersediaan bibit ternak baik secara jumlah maupun mutu. Saat ini Kabupaten Buleleng masih dalam proses verifikasi untuk di tetapkan menjadi  Wilayah Sumber Bibit,  yang selanjutnya  akan ditetapkam sebagai wilayah Sumber Bibit melalui Keputusan Menteri Pertanian.
  4. Dalam rangka untuk memperbaiki kualitas sapi Bali, BPTU Sapi Bali juga bekerjasama dengan Pemda Provinsi dan Pusat Kajian Sapi Bali (PKSB) Universitas Udayana (UNUD)  untuk melakukan pengkajian perbaikan nutrisi dan breeding, yang bertujuan untuk menghasilkan sapi dengan kualitas daging yang lebih baik (marbling  sempurna), sehingga dapat meningkatkan nilai jual seperti halnya sapi wagyu (daging sapi termahal didunia).

Berdasarkan dari berbagai penelitian menyatakan bahwa daging sapi Bali memiliki potensi yang besar untuk dapat dikembangkan menjadi premium meat produksi daging lokal Indonesia. Untuk menghasilkan premium meat tersebut tentunya diperlukan perlakuan khusus selayaknya dilakukan kepada sapi-sapi rumpun lainnya yang diperuntukkan untuk menghasilkan premium meat.  Produk daging ini sebagai jawaban atas pemenuhan kebutuhan wisatawan asing yang dalam tahun 2017 di targetkan sebanyak 4,2 juta orang atau memerlukan sapi siap potong sebanyak 11.000 ekor.

“Oleh karena itu, jika daging sapi Bali atau Bali Beef  pemotongannya dipilah sesuai dengan pembagian jenis potongan daging, maka prime cut daging sapi Bali dapat mengisi pasar untuk Horeka (Hotel, Restoran dan Katering ) yang khusus untuk dikonsumsi masyarakat menengah ke atas” ungkap Diarmita. 

“Jangan hanya jual ternak hidup, tapi jual daging sapi Bali. Jika daging sapi Bali terjual menyamai daging wagyu yang khusus untuk konsumsi menengah ke atas, maka peternak kita akan untung dan bergairah dalam menjalankan usahanya” jelasnya.

 

Contact Person:

  1. Dr. Ir. Surachman Suwardi (Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH)
  2. Ir. Fini Murfiani, M.Si. (Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Ditjen PKH)
  3. Yuliana Susanti, SPt, M.Si (Tim Humas Ditjen PKH)
Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Provinsi Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset