• Beranda
  • Berita
  • Keanekaragaman Sumber Protein Hewani Asal Ternak

Keanekaragaman Sumber Protein Hewani Asal Ternak

  • 26 Januari 2017, 04:56 WIB
  • /
  • Dilihat 4985 kali

Batu (25/2), Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin kesejahteraan pangan penduduknya. Namun belum semua masyarakat yang mendapat kecukupan pangan, khususnya yang bersumber dari asupan protein hewani.

Adanya pertumbuhan penduduk yang demikian cepat, dan kompetisi pemanfaatan sumber daya lahan, dan air yang tinggi serta degradasi sumber daya alam dan lingkungan dapat mengancam ketahanan pangan kita. Untuk itulah kita harus bekerja keras untuk membangun dan mendorong sumber pangan diantaranya produk pangan hewani. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita saat menghadiri pengukuhan pengurus Masyarakat Kelinci Indonesia (MAKINDO) se-kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada Rabu, 25 Januari 2017.

Lebih lanjut I Ketut Diarmita menyampaikan bahwa protein merupakan bahan utama membentuk berbagai struktur organ seperti tulang, otot, serta komponen- komponen pembentuk seluruh jaringan tubuh.

"Kita menyadari bahwa sumber protein hewani itu bukan hanya berasal dari daging sapi / kerbau. Protein yang dibutuhkan tubuh juga dapat berasal dari hewan lain seperti kelinci, kambing, domba, ikan, unggas , susu dan telor. Jika ini dapat di dorong pertumbuhannya secara simultan maka swasembada protein hewani dapat kita raih sesuai yg kita harapkan" ungkap Dirjen PKH.

Terkait hal tersebut, I Ketut Diarmita mendorong Pengembangan ternak salah satunya peternakan kelinci sebagai sumber protein hewani alternatif.

Pada acara tersebut, Dirjen PKH hadir mewakili Menteri Pertanian sekaligus menjadi narasumber pada Workshop Pertanian Terintegrasi Tanpa Limbah berbasis Dinamika Nutrients. Dirjen PKH juga menyampaikan penghargaannya kepada MAKINDO yang telah memprakarsai acara tersebut.

Apresiasi juga di sampaikan kepada Walikota Batu yang bersedia menjadikan ternak kelinci sebagai salah satu model pertanian terintegrasi / integrated farming yaitu proses keterkaitan antara food, feed, fuel dan fertilizer.

"Saya mengapresiasi yang sebesar-besarnya kepada Walikota Batu khususnya yang menjadikan kelinci sebagai model integrated farming", ucap I Ketut Diarmita dalam sambutannya.

Walikota Batu Eddy Rumpoko juga berharap acara ini mampu meningkatkan motivasi bagi peternak kelinci untuk memperluas bidang usahanya dengan menambah produksi dan produktivitas ternak kelinci yang telah ada, serta melakukan diversifikasi dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan peternak kelinci.

Kegiatan yang juga bersifat promosi ini yang diharapkan dapat bermanfaat memberikan motivasi bagi para “pemain baru” di dunia perkelincian untuk memproduksi kelinci yang lebih bervariasi dan berkualitas.

"Diharapkan selain peningkatan produksi juga ada promosi dan motivasi bagi para pemain baru di dunia perkelincian", ujar Eddy.

Kelinci adalah salah satu komponen dari sistem pertanian terpadu yang didukung berbagai kegiatan ekonomi pertanian yang saling berkaitan satu sama lain. Ternak kelinci memberikan pupuk untuk tanaman sekaligus memberikan sumber protein hewani alternatif pangan untuk masyarakat.

Kota Batu adalah kota wisata maka ternak kelinci juga berperan sebagai ternak hias. Dengan tanaman sayuran yang dihasilkannya dapat memberikan pakan untuk kelinci dan kelinci memberikan pupuk untuk tanaman yang diolah dari hasil biogas dari kotoran dan urine-nya.

Hasil samping dari biogas tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Dengan demikian kelinci memiliki multi fungsi yaitu untuk food (pakan), feed (memberikan pupuk dari kotorannya), fuel dari energi yang dihasilkannya dan fertilizer untuk tanaman dari hasil samping biogas (kompos).

Ternak kelinci merupakan sumber protein yang bermanfaat, karena proses budidayanya tidak menggunakan bahan kimia. Dengan demikian maka ternak kelinci dan produknya dapat digolongkan sebagai ternak organik yang sama sekali tidak berbahaya bagi para konsumen. Ternak kelinci dapat dimanfaatkan sebagai sumber pedaging alternatif.

Pada tahun 2016 populasi ternak kelinci sejumlah 1,1 juta ekor. Provinsi yang paling besar memiliki kelinci adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan populasi berjumlah 894.505 ekor atau mencakup 80% dari seluruh populasi kelinci di Indonesia. Gambaran ini menunjukan bahwa ternak kelinci justru subur dan berkembang biak di daerah padat penduduk seperti di Pulau Jawa.

Selain itu di wilayah-wilayah yang iklimnya sesuai yang ditopang oleh budaya setempat, ternak kelinci dapat menjadi sumber penghasilan masyarakat. Secara nasional, ternak kelinci merupakan upaya diversifikasi alternatif penyediaan pangan yang relatif murah dan terjangkau untuk penyediaan protein hewani.

Produksi daging kelinci saat ini berjumlah 584 ton. Walaupun sumbangan dagingnya terhadap produksi daging secara keseluruhan masih kecil, tetapi sangat berarti dalam rangka keanekaragaman pangan hewani asal ternak.

 

Contact Person:

  1. Dr. Ir. Surachman Suwardi (Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH)
  2. Yuliana Susanti, SPt, M.Si – [email protected] (Humas Ditjen PKH)
Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Provinsi Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset