• Beranda
  • Berita
  • Sistem Informasi Kesehatan Hewan Indonesia Terbaik se Asia

Sistem Informasi Kesehatan Hewan Indonesia Terbaik se Asia

  • 19 September 2018, 08:42 WIB
  • /
  • Dilihat 1663 kali

Jakarta (18/09/2018)_ Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional yang terintegrasi Indonesia (iSIKHNAS) diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (OIE) sebagai salah satu sistem informasi kesehatan hewan terbaik di Asia dan berpotensi untuk dapat dikembangkan di negara lain. OIE melalui CIRAD (Lembaga Penelitian di Perancis) akan melakukan penilaian dampak iSIKHNAS terhadap sektor peternakan dan kesehatan di Indonesia, sehingga pada awal Oktober tahun 2018 iSIKHNAS akan dipaparkan di OIE untuk aspek Public Private Partnership. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal PKH Drh. I Ketut Diarmita, MP pada acara pertemuan akhir Komite Koordinasi Program (PCC) AIPEID di Ruang Rapat Utama I Ditjen PKH.

Pertemuan PCC merupakan pertemuan tertinggi dalam sistem tata-kelola AIPEID yang dipimpin oleh Ketua Bersama dari perwakilan Pemerintah Indonesia oleh Drh. I Ketut Diarmita, MP (Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian) dan dari perwakilan Pemerintah Australia oleh Tim Chapman (First Assistant Secretary, Animal Biosecurity, Department of Agriculture and Water Resources, Australia), serta dihadiri pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan.

Pada kesempatan tersebut, I Ketut menyampaikan ucapan terimakasih kepada pemerintah Australia yang telah bekerjasama untuk mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Hewan (iSIKHNAS) melalui program Australia – Indonesia Partnership for Emerging Infectious Diseases (AIP-EID) yang berakhir pada tahun ini.

“Melalui iSIKHNAS laporan cepat (early report) atau early detection (deteksi awal) dapat berjalan dengan baik, sehingga pemerintah dapat bergerak cepat untuk mengambil keputusan atau langkah-langkah aksi dalam pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan,  sehingga jangan sampai terjadi outbreak penyakit,”
ucap I Ketut

Penguatan sistem pelayanan kesehatan hewan nasional yang dinilai sangat penting, terutama sebagai upaya dalam menghadapi ancaman masuknya penyakit hewan menular yang baru muncul yang sangat berpotensi menghancurkan dunia peternakan. Hal ini telah menjadi  prioritas pemerintah Republik Indonesia untuk mengendalikan penyakit, serta meningkatkan produksi ternak domestik untuk memastikan keamanan pangan dan menstabilkan harga pasar untuk produk ternak.

Lebih lanjut I Ketut Diarmita mejelaskan, bila terjadi outbreak suatu penyakit di wilayah di Indonesia, tentunya akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, untuk itu pelaksanakaan kinerja iSIKHNAS harus terus dipelihara dan dimonitoring dengan baik. Menurutnya, dalam pengelolaan iSIKHNAS harus terus diperhatikan teknis pengelolaan sistem untuk memperkuat dan meningkatkan kapasitas SDM.

“Pengelola iSIKHNAS harus dapat bekerja secara profesional dan mandiri serta mampu melaksanakan penyeliaan teknis lainnya karena  iSIKHNAS tidak hanya mencakup informasi penyakit hewan namun juga berbagai informasi terkait produksi ternak, pemotongan hewan, distribusi N2Cair dan straw serta ketersediaan pakan untuk hewan,” ujar I Ketut.

I Ketut juga menyampaikan, saat ini Kementerian Pertanian terus melakukan restrukturisasi perunggasan, terutama untuk unggas lokal di sektor 3 dan 4 yang  menjadi sumber utama outbreak penyakit Avian Influenza (AI). “Ditjen PKH terus menerus berusaha untuk membangun kompartemen-kompartemen AI dari penerapan sistem biosecurity, yang awalnya hanya 49 titik, saat ini sudah berkembang menjadi 200 titik,” ungkap I Ketut Diarmita.

I Ketut menyebutkan, saat ini Kementan terus mendesign kegiatan ini agar peternak lokal dapat menerapkannya karena kompartemen-kompartemen yang dibangun oleh Indonesia ini dapat diakui oleh negara lain, dengan terbentuknya kompartemen-kompartemen, maka Indonesia dapat ekspor, terus ekspor dan ekspor lagi.

Berdasarkan data BPS telah terjadi trend peningkatan capaian ekspor subsektor peternakan telah membuktikan keseriusan Indonesia dalam menerapkan sistem biosekuriti berbasis kompartemen bebas penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI). sekaligus memenuhi standar dan aturan internasional untuk bisa tembus ke pasar Internasional.  
Pada kesempatan pertemuan PCC tersebut, First Assistant Secretary Animal Biosecurity DAWR, Mr. Tim Chapman menyampaikan program AIPEID telah berjalan sejak tahun 2011, program ini sangat penting bagi hubungan bilateral Australia-Indonesia dalam memperkuat sistem kesehatan hewan di Indonesia. Harapannya beberapa capaian AIP-EID dapat berkelanjutan dan dikelola oleh Pemerintah Indonesia dengan baik.

“Beberapa capaian program AIP-EID antara lain pengembangan dokumen-dokumen (buku, pedoman, dan prosedur operasional standar) dan pelaksanaan simulasi dalam kesiagaan dan respon darurat penyakit hewan yang melibatkan lintas sektor terkait penanganan darurat penyakit hewan dan penguatan iSIKHNAS dapat dirasakan manfaatnya” ujar Chapman.

Kepala Sub Direktorat Pengamatan Penyakit Hewan, Drh. Boethdy Angkasa, M.Si menyampaikan, iSIKHNAS memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, sehingga akan memberi manfaat yang lebih besar di sektor peternakan dan kesehatan hewan bagi Indonesia.

 

Contact Person:
Drh. Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Ph.D (Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH)

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Provinsi Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset