• Beranda
  • Berita
  • Daya Saing Industri Perunggasan di Brasil: Mengapa Kita Takut?

Daya Saing Industri Perunggasan di Brasil: Mengapa Kita Takut?

  • 13 Juni 2016, 13:17 WIB
  • /
  • Dilihat 3743 kali

Pada tahun 2014, Brazil adalah produsen utama peringkat kedua di dunia bersama Cina untuk daging broiler. Pangsa terbesar di tingkat global disumbangkan oleh Amerika Serikat (AS) sebesar 20 persen, kemudian diikuti oleh Brazil dan Cina yang masing-masing menyumbang sebesar 15 persen. Keseluruhan negara Eropa (EU-27) menyumbang 12 persen, sedangkan 3 negara India, Rusia dan Meksiko bersama-sama menyumbang sebesar 4 persen.

Pada saat ini sekitar seperempat dari produksi mereka diekspor. Dibandingkan dengan AS, proporsi produksi di Brazil yang diekspor lebih tinggi. AS pada saat ini mengekspor sekitar 18 persen dari total produksi ayam broilernya.

 

Faktor penentu daya saing

Indonesia pada saat ini telah mencapai tingkat swasembada dalam hal daging ayam. Hal ini merupakan prestasi yang membanggakan. Indonesia memiliki potensi untuk mengekspor daging ayam terutama ke wilayah negara-negara ASEAN dan Jepang, namun kesempatan tersebut karena berbagai hal belum dapat terealisasikan. Indonesia harus bersaing dengan negara seperti Brazil dan AS jika ingin mengekspor daging ayamnya. Karena itu, tidak ada salahnya kita belajar dari Brazil tentang bagaimana mereka meningkatkan daya saing daging ayam mereka.

Daya saing ekspor dalam industri perunggasan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Karena struktur dan besaran biaya produksi “live bird” di Brazil dan AS tidak berbeda jauh, maka faktor selain biaya produksilah yang sebenarnya memiliki pengaruh yang lebih besar dalam menentukan perbedaan daya saing daging ayam di Brazil dan Amerika Serikat.  Struktur dan besaran biaya produksi di kedua negara sama-sama dipengaruhi oleh pergerakan atau dinamika harga komoditas jagung dan kedelai. Kedua komoditas ini merupakan bahan utama pakan yang digunakan dalam produksi broiler. Biaya pakan merupakan komponen terbesar (sekitar 70 persen) dari total biaya produksi broiler. Produksi bahan pakan di kedua negara tersebut sama-sama melimpah.

Produksi unggas “live bird” di kedua negara AS dan Brazil saat ini merupakan dua produsen broiler yang paling efisien dan biaya produksinya yang relatif paling rendah di dunia.  Hal ini memberikan kedua negara keunggulan kompetitif di pasar tujuan ekspor. Tetapi Brazil tidak hanya bertumpu pada aspek “costs leadership” dalam menghadapi para pesaingnya.

Daya saing ekspor Brazil di pasar negara tujuan ekspor lebih tinggi dibandingkan pesaing utamanya, terutama AS. Brazil berhasil secara lebih kreatif menciptakan diferensiasi produk.  Brazil berhasil dalam menciptakan diferensiasi daging unggas yang disesuaikan dengan preferensi pelanggan, seperti misalnya produksi daging halal untuk melayani pasar Timur Tengah. Keberhasilan dalam diferensiasi produk juga memungkinkan Brazil untuk mempertahankan pangsa pasar yang kuat di negara-negara yang memiliki persyaratan produk yang sangat spesifik, seperti Jepang dan Arab Saudi. Diferensiasi produk Brazil juga membatasi persaingan langsung antara Brazil dan Amerika Serikat di negara tujuan ekspor karena Amerika Serikat selama ini bertumpu pada ekspor “unwanted surplus“ atau bagian “dark meat” yang standar.

Kehadiran perusahaan-perusahaan di Brazil yang berorientasi kepada ekspor sangat membantu dalam menciptakan komoditas dan produk olahan berbasis daging unggas. Perusahan-perusahaan kelas dunia tersebut mengkombinasikan keunggulan skala (economies of scale), keunggulan cakupan (economies of scope) dan inovasi tiada henti merupakan praktik-praktik terbaik untuk menghasilkan produksi daging ayam yang berbiaya rendah, kualitas yang terjamin di sepanjang rantai pasokan dan komoditas/produk yang beragam (product differentiation).

Selain itu, peningkatan daya saing ekspor broiler Brazil didukung oleh upaya otoritas Brazil untuk untuk mengurangi kekhawatiran konsumen atas aspek kesehatan dan kesejahteraan unggas Brazil di pasar global. Sebagai contoh, pemerintah Brazil menyatakan bahwa produksi unggas mereka dijamin bebas dari penyakit flu burung (AI).

Sistem produksi di AS dan Brazil juga memiliki perbedaan, terutama di pabrik pengolahan dan pemeliharaan ayam. Pabrik pengolahan di Brazil cenderung lebih padat karya dibandingkan dengan di Amerika Serikat. Di samping itu, sistem produksi di AS menghasilkan kadar air yang lebih tinggi. Hal ini tentu saja merupakan kerugian kompetitif untuk produk AS dibandingkan dengan Brazil.

Selain itu, pemerintah Brazil melarang penggunaan klorin dan “Pathogen Reduction Technologies”/PRTs lainnya dalam proses produksi ayam broiler. Klorin umum digunakan di AS. Hal ini tentu membantu meningkatkan daya saing ekspor Brazil ke Uni Eropa-27, di mana penggunaan PRTs dilarang. Rusia melarang impor daging ayam yang menggunakan klorin untuk membilas atau mencuci dalam proses produksi.

Sistem produksi yang terintegrasi di Brazil merupakan kemitraan antara industri dan peternak integrasi. Inti dari sistem produksi yang terintegrasi adalah adanya kerjasama antara para peternak kecil yang bertanggungjawab untuk membangun kandang dan memelihara ayam dan perusahaan besar yang menyediakan DOC, pakan, vaksin, penjagaan kesehatan ayam (veterinery control) dan rumah potong ayam. Tidak ada ayam hidup yang diperdagangkan di Brazil. Sistem produksi moderen yang terintegrasi menghasilkan kualitas dan kontrol resiko yang lebih baik, menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan dan menghubungkan ribuan peternak skala kecil dengan perusahaan agribisnis berskala global.

Selain mengandalkan pasar ekspor, pasar domestik Brazil tidak kalah besar peranannya. Secara per kapita, konsumsi unggas Brazil tumbuh dari 36,5 kilogram (kg) pada tahun 2006 meningkat menjadi 44,0 kg pada tahun 2010. Permintaan daging ayam broiler domestik meningkat sebesar 21 persen selama periode tersebut. Kenaikan tajam konsumsi unggas di Brazil dikaitkan terutama dengan meningkatnya pendapatan dan kecenderungan diversifikasi konsumsi, terutama daging. Daging unggas merupakan daging yang paling populer karena harganya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi dan babi.

 

Mengapa kita takut?

Ekspor Brazil pada saat ini sangat terkonsentrasi di wilayah Timur Tengah dan Asia lainnya. Pangsa ekspor unggas Brazil ke Timur Tengah meningkat signifikan dari 27 persen pada tahun 2006 menjadi 37 persen pada tahun 2011. Ekspor ke wilayah Asia lainnya relatif stabil selama periode tersebut, tumbuh sekitar 28 persen selama periode 2006-2011. Indonesia sampai saat ini masih merupakan pasar tertutup bagi produk daging ayam Brazil.

Langkah Pemerintah Brazil melaporkan kebijakan proteksi perdagangan ayam di Indonesia ke WTO dan rencana perusahaan multinasional Brazil BRF SA untuk menjalin kerja sama bisnis dengan salah satu perusahaan nasional terkemuka dalam memproduksi pangan olahan berbasis protein hewani merupakan persoalan yang harus ditanggapi serius oleh Pemerintah Indonesia dan para pelaku industri perunggasan nasional. Jika penghalang perdagangan bukan tarif (non-tariff barriers, NTBs) yang selama ini tetap diberlakukan (aspek kehalalan), ada kemungkinan tidak relevan lagi ke depan mengingat Brazil adalah pengekspor daging ayam halal terbesar di dunia. Ekspor daging ayam halal mereka sebesar 1,7 juta ton atau senilai US$ 3 juta pada tahun 2011.

 

Sumber: https://www.poultryindonesia.com/news/opini/daya-saing-industri-perunggasan-di-brasil-mengapa-kita-takut/#more-5907

 

 

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Provinsi Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset