• Beranda
  • Berita
  • Kementan Kembali Lakukan Panen Pedet, dan Launching Upsus SIWAB

Kementan Kembali Lakukan Panen Pedet, dan Launching Upsus SIWAB

  • 11 Oktober 2016, 09:56 WIB
  • /
  • Dilihat 1613 kali

LAMONGAN, JAWA TMUR – Untuk mengakselerasi penambahan populasi sapi potong di dalam negeri, Kementerian Pertanian meluncurkan Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting (Upsus Siwab). Upsus Siwab mencakup dua kegiatan utama yaitu peningkatan populasi melalui inseminasi buatan (IB) dan intensifikasi kawin alam.

Program tersebut dituangkan dalam peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting yang ditandatangani Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada 3 Oktober 2016.

Upaya ini dilakukan sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mengejar swasembada sapi yang ditargetkan Presiden Joko Widodo tercapai pada 2026 mendatang, mewujudkan Indonesia yang mandiri dalam pemenuhan pangan asal ternak, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan Upsus Siwab akan memaksimalkan potensi sapi indukan di dalam negeri untuk dapat terus menghasilkan pedet. Program ini pun menjadi fokus Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) pada 2017 mendatang.

“Yang terpenting sekarang adalah bagaimana meningkatkan produksi dengan inseminasi buatan.Tahun lalu saja, dari program IB itu sudah ada penambahan 1,4 juta ekor anakan dari 2 juta yang di-IB. Tahun ini kami susun targetnya 4 juta akseptor mudah-mudahan bisa ada 3 juta kebuntingan,” kata Mentan saat meluncurkan Upsus Siwab di Lamongan, Sabtu (8/10).

Selain Mentan Amran, hadir dalam peluncuran Upsus Siwab di Lamongan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah AAG Ngurah Puspayoga, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Viva Yoga Mauladi, dan para Ketua Asosiasi Pemerintahan Desa, Kabupaten, dan Provinsi.

Hari ini, jajaran Menteri dan Ketua Komisi IV tersebut melangsungkan panen pedet sebanyak 3 ribu ekor di Lamongan, JawaTimur. Pedet sebanyak 3 ribu ekor tersebut merepresentasikan kelahiran pedet di Jawa Timur sebanyak 1,1 juta ekor dan kelahiran pedet di Kabupaten Lamongan sebanyak 30 ribu ekor di tahun 2016 ini. Sehingga target Upsus Siwab Tahun 2017 di Jawa Timur sebanyak 1,35 juta ekor dan Kabupaten Lamongan 45 ribu ekor optimis dapat direalisasi, karena target tersebut belum memperhitungkan akseptor kawin alam dan ternak kerbau. Jawa Timur merupakan provinsi dengan populasi sapi terbanyak di Indonesia, sekitar 30% dari total sapi nasional.

Upsus Siwab merupakan salah satu gebrakan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan populasi dalam negeri. Kementan sebelumnya menggagas program GBIB (Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan) yang dicanangkan pada 2014 dan telah menambah populasi anak sapi lebih dari 1 juta ekor pada 2015 lalu.

Untuk itu, program peningkatan populasi akan difokuskan pada upaya pembuntingan massif sapi dan kerbau betina di dalam negeri. Dengan Upsus ini, ditargetkan pada 2017 nanti akan ada 3 juta sapi dan kerbau bunting yang pada gilirannya nanti akan menghasilkan 2,4 juta pedet pada tahun 2018.

“Untuk mendapatkan target kebuntingan sebesar 3 juta ekor tersebut, minimal kami harus menyiapkan akseptor sebanyak 4 juta ekor sapi dan kerbau. Dari Upsus ini, kami bentuk gugus kerja sampai ke kabupaten-kabupaten di seluruh provinsi,” ucap Mentan.

Selain kebuntingan 3 juta anakan sapi dan kerbau, sasaran lain yang ditargetkan tim Upsus Siwab yaitu menurunnya penyakit gangguan reproduksi pada sapi hingga 60%, dan menekan angka pemotongan sapi betina produktif hingga 20%.

Proyeksi populasi sapi dan kerbau tahun 2016 berbasis hasil Sensus Pertanian 2014 adalah sebanyak 15,19 juta ekor yang terdiri dari sapi potong 13,59 juta ekor, sapi perah 0,47 juta ekor dan kerbau 1,12 juta ekor. Dari total populasi tersebut, populasi sapi/kerbau betina dewasa sebanyak 5,62 juta ekor. Sebesar 71,76% diantaranya merupakan betina produktif, atau setara 4,03 juta ekor. Dari jumlah ini, diperkirakan 1,5 juta ekor betina tengah menyusui, sedang bunting, dan mengalami gangguan reproduksi sehingga hanya sekitar 2,5 juta ekor yang bisa langsung di-IB.

Kementan pun akan melakukan program penyembuhan gangguan kesehatan reproduksi yang akan menyehatkan kembali sekitar 200 ribu ekor sapi dan program perbaikan alat reproduksi melalui perbaikan kualitas pakan minimal 300 ribu ekor sapi.

Total tambahan perbaikan kesehatan dan pakan ini yaitu sekitar 500.000 ekor sapi, ditambah 2,5 juta ekor sapi betina sehat siap IB, maka total 3 juta ekor sapi dan kerbau akan dilakukan pembuntingan melalui IB dan 1 juta ekor melalui kawin alam.

 

DAMPAK PROGRAM

Sementara itu, untuk program Upsus Siwab ini, Kementerian Pertanian menggelontorkan hingga Rp1,1 triliun guna menjalankan program unggulan percepatan pembuntingan sapi dan kerbau.

Pertama, bagi ternak yang dikembangkan di padang gembala (ranch), pemerintah akan melakukan proses kawin alam dan menyiapkan infrastrukturnya yaitu prasarana sumber air berupa embung-embung, obat-obatan dan vaksin.

“Sehingga ada jaminan ketersediaan pakan, air, dan kesehatan ternak. Nanti daerah dengan ranch seperti NTT, NTB, akan kita bangun prasarana sumber air sehingga lahannya yang cenderung kering menjadi lebih subur, sehingga hijauan pakan tersedia sepanjang tahun. Model pembangunan embung di lahan kering ini seperti yang dilakukan oleh peternak padang gembala di Brasil”, ungkap Mentan.

Kedua, untuk ternak yang dikembangkan dengan pola kandang, pemerintah juga akan menyiapkan fasilitas kesehatan, 5,28 juta semen beku, tenaga inseminator, dan dijalankan pula program penyelamatan betina produktif.

Untuk mendukung kedua pendekatan pola pemeliharaan tersebut, Kementerian Pertanian juga menyiapkan 13 ribu hektar lahan untuk penanaman hijauan pakan ternak serta pengadaan 11,7 ribu ton subsidi pakan konsentrat untuk induk sapi potong.

Diperkirakan, dari belanja pemerintah sebesar Rp 1,1 triliun tersebut, Kementan menargetkan 2,4 juta anakan lahir pada tahun 2018. Dengan harga anakan Rp 3 juta per ekor, maka nilai total yang didapat peternak mencapai Rp 7,2 triliun saat pedet lahir.

Selanjutnya, jika pedet tersebut dipelihara hingga usia dewasa, dengan harga rata-rata per ekor sebesar Rp 12 juta, maka nilai ekonomi yang diperoleh peternak mencapai Rp 28,8 triliun.

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset