Pengembangan Budidaya Peternakan
- 25 Juli 2014, 16:50 WIB
- /
- Dilihat 9103 kali

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan terus berusaha melakukan fasilitasi pengembangan budidaya ternak untuk peningkatan populasi dan produksi yang berkelanjutan” jelas Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro. Upaya pengembangan budidaya ternak yang dilakukan yakni melalui 1) optimalisasi inseminasi buatan dan kawin alam, 2) pengembangan budidaya ternak perah, 3) pengembangan perunggasan, 4) penataan usaha peternakan babi, dan 5) penguatan kelembagaan peternak.
Syukur menyampaikan bahwa, “Teknologi Inseminasi Buatan (IB) merupakan cara yang efisien dan efektif dalam meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak khususnya ternak sapi”.
Lebih lanjut Syukur menyampaikan bahwa, “Pada tahun 2013 dari realisasi akseptor Inseminasi Buatan (IB) sebanyak 2.346.171 ekor, yang menggunakan 2.918.944 dosis semen beku menghasilkan kelahiran sebanyak 1.491.276 ekor”.
Target Kelahiran tahun 2014 melalui optimalisasi IB sebanyak 1.796.902 ekor dan Kawin Alam sebesar 1,4 juta ekor. Sampai bulan Maret 2014, realisasi akseptor IB sebanyak 521.847 (16,13%), dengan menggunakan 609.877 dosis semen beku (13,49%) dan kelahiran sebanyak 309.708 ekor (15,37%).
Disamping pengembangan ternak sapi potong, saat ini tengah dikembangkan daerah sentra baru untuk ternak perah di luar Pulau Jawa antara lain di Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Enrekang, Sinjai, Sumatera Barat di Kota Padang Panjang, dan Sumatera Utara. Daerah sentra baru ini secara kreatif melakukan pemasaran susu langsung ke konsumen lewat produk olahan seperti Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan dengan danke dan Kota Padang Panjang Sumatera Barat dengan bermunculannya kafe-kafe susu yang menyediakan produk olahan seperti yoghurt, susu pasteurisasi, karamel susu, kerupuk susu.
Pengembangan ternak perah dilakukan melalui pendekatan kelompok, yakni dengan meningkatkan pengetahuan tentang teknologi budidaya, reproduksi dan manajemen usaha, fasilitasi penguatan modal usaha kelompok. Disamping itu juga telah dikembangkan Program Sistem Informasi Sapi Perah Indonesia (SISI).
Sedangkan untuk pengembangan perunggasan, secara umum komoditi ternak unggas memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Ayam ras, ayam lokal dan itik merupakan penyumbang terbesar produksi daging nasional.
Potensi ternak lainnya yang dimiliki oleh Indonesia adalah ternak babi. Pada tahun 2012 Indonesia telah mampu mengekspor ternak babi ke Luar Negeri dengan jumlah ekspor 35.370.257 kg dengan nilai USD 62.124.790. Ekspor terbesar berasal dari pulau Bulan Propinsi Kepulauan Riau ke Singapura. Sentra budidaya ternak babi : Kepri, Sumut, Kalbar, Kalteng, Bali, NTT, Sulut, Papua dan Papua Barat.
Sedangkan untuk pengembangan perunggasan, secara umum komoditi ternak unggas memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Ayam ras, ayam lokal dan itik merupakan penyumbang terbesar produksi daging nasional.
Potensi ternak lainnya yang dimiliki oleh Indonesia adalah ternak babi. Pada tahun 2012 Indonesia telah mampu mengekspor ternak babi ke Luar Negeri dengan jumlah ekspor 35.370.257 kg dengan nilai USD 62.124.790. Ekspor terbesar berasal dari pulau Bulan Propinsi Kepulauan Riau ke Singapura. Sentra budidaya ternak babi : Kepri, Sumut, Kalbar, Kalteng, Bali, NTT, Sulut, Papua dan Papua Barat.
Dalam rangka meningkatkan skala usaha dan manajemen peternakan rakyat, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan melakukan fasilitasi penguatan kelembagaan peternak. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan peternak melalui perbaikan manajerial usaha, pengembangan dan diversifikasi usaha yang yang dibangun dalam satu kelembagaan usaha.
Lebih lanjut Syukur menyampaikan bahwa “Kelembagaan peternak diarahkan menjadi Badan Usaha Milik Peternak atau BUMP, dalam bentuk koperasi ternak, CV, atau Perseroan Terbatas dan lain-lain yang dapat meningkatkan status daya tawar peternak dengan berbagai pihak”.
Salah satu bukti bahwa usaha peternakan dapat memberikan keuntungan yakni dengan tingginya serapan akses Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) untuk sub sektor peternakan dibandingkan sub sektor pertanian lainnya. Realisasi KKPE untuk sub sektor peternakan periode Januari-November 2013 mencapai Rp. 948,8 milyar menyusul dibawahnya sub sektor perkebunan (Rp. 763,8 M), tanaman pangan (Rp. 294,4 M), dan hortikultura (Rp. 67,3 M).
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Titik Triary Humas Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan email : [email protected] Telp : 021-7815582/ HP : 08121865425 |
Ir. Fauzi Luthan Direktur Budidaya Ternak, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewa |