• Beranda
  • Berita
  • Antisipasi Ancaman Pandemi: Kementan Gandeng FAO untuk Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Emerging

Antisipasi Ancaman Pandemi: Kementan Gandeng FAO untuk Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Emerging

  • 20 Desember 2017, 04:53 WIB
  • /
  • Dilihat 1817 kali

Manado (19/12/2017), Dalam upaya mewujudkan penguatan sistem pelayanan kesehatan hewan nasional di Indonesia, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) kerjasama dengan FAO untuk penguatan kapasitas pencegahan dan pengendalian zoonosis tertarget dan Penyakit Infeksius Emerging (PIE), serta ancaman pandemi potensial dengan Pendekatan One Health. Hal tersebut disampaikan oleh Muhammad Syibli, Kepala Subdit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan Ditjen PKH saat acara pembukaan Simulasi Study Kasus Investigasi dan Pelaporan Terintegrasi 3 (tiga) sektor dengan Pendekatan “One Health” di Kabupaten Minahasa tanggal 18 Desember 2017.

Muhammad Syibli menyampaikan, ancaman penyakit menular baru atau disebut sebagai Emerging Infectious Disease (EID) dan zoonosis (penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya) menjadi ancaman bagi Indonesia.

Menurutnya, dengan keanekaragaman hayati yang melekat pada negara dengan iklim tropis seperti Indonesia, diidentifikasi sebagai salah satu kantung atau hotspot di Asia yang memiliki potensi tinggi terjadinya penyakit menular baru. “Penyakit tersebut dapat dipicu dari berbagai faktor seperti peningkatan urbanisasi dan populasi manusia, perubahan ekologi, dan deforestasi”, ungkapnya.

Syibli mengungkapkan, selama beberapa dekade terakhir, beberapa peristiwa wabah penyakit telah muncul menyebar luas pada populasi manusia, dan menyebabkan epidemi global (juga dikenal sebagai pandemi).

“Sekitar 75 persen penyakit manusia yang baru disebabkan oleh mikroba yang berasal dari hewan, termasuk HIV, influenza (termasuk H1N1, H5N1, dan H7N9), Sindrom Pernapasan Akut (SARS), Sindrom Pernafasan Timur Tengah-Coronavirus (MERS-CoV), Ebola, Marburg, dan Nipah”, ungkapnya. “Pada 2003 tercatat muncul penyakit Avian Influenza H5N1 atau disebut flu burung”, tambahnya.

Syibli mengatakan, untuk meminimalkan dampak ancaman pandemi terhadap kesehatan manusia, stabilitas ekonomi dan sosial, Kementerian Pertanian  kerjasama dengan FAO Indonesia dalam proyek OSRO/INS/501/USA atau Emerging Pandemic Threats, dengan periode proyek 2015-2019.
 
“Kegiatan kerjasama ini fokus dalam meningkatkan kapasitas Pemerintah Indonesia untuk mendeteksi dan merespon ancaman penyakit menular baru dan juga penyakit-penyakit lain yang yang sudah ada dan berpotensi terjadi lagi atau menyebar (re-emerging infectious disease) dalam konteks One Health”, ujar Syibli.

Lebih lanjut, Syibli mengatakan pendekatan One Health mencakup kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan yang artinya telah ada kesepakatan antara Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan untuk membangun kapasitas petugas lapang yang berkelanjutan di Indonesia.
Menurut Syibli, dengan mensinergikan kolaborasi lintas sektor dalam pertempuran melawan dan mengendalikan penyakit infeksius emerging dan re-emerging, Ditjen PKH bekerjasama dengan FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases (ECTAD) Indonesia telah mengawali upaya membuka jalan menuju pembangunan kapasitas One Health di berapa sektor berbeda yang bekerja dalam interface antara hewan, manusia dan lingkungan hidup.

Syibli mengungkapkan, pendekatan One Health telah diimplementasikan di 4 (empat) daerah percontohan yaitu Bengkalis (Riau), Ketapang (Kalimantan Barat), Boyolali (Jawa Tengah), dan Minahasa (Sulawesi Utara) yang merepresentasikan ancaman penyakit dan situasi masyarakat Indonesia.

“Kementerian Pertanian melalui program EPT-2 telah melakukan peningkatan kompetensi petugas teknis sebanyak 50 Master Trainers dan sebanyak 271 petugas lapang yang berasal dari 3 (tiga) kementerian/sektor yaitu Kesehatan Masyarakat (Kementerian Kesehatan), Kesehatan Hewan (Kementerian Pertanian), dan Kesehatan Satwa Liar (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)”, kata Sybli.

“Kompetensi-kompetensi yang dimiliki petugas tersebut sangat penting untuk mengantisipasi ancaman terjadi, dan menyebarnya penyakit, serta mengurangi kemungkinan terjadinya pandemi”, ujar Syibli.

 

 

Contact Person:
Drh. M. Syibli (Kepala Subdit Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Hewan,
Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan)

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No.3
Gedung C Lt 6 - 9, Ragunan, Kec. Pasar Minggu,
Kota Jakarta Selatan, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset