• Beranda
  • Berita
  • Menteri Pertanian Tinjau Perkembangan Sapi Indukan Brahman Cross Impor Di Kalimantan Timu

Menteri Pertanian Tinjau Perkembangan Sapi Indukan Brahman Cross Impor Di Kalimantan Timu

  • 03 Agustus 2016, 16:31 WIB
  • /
  • Dilihat 2396 kali

Panajam Paser Utara, Kalimantan Timur,-  Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Timur dan melihat langsung salah satu lokasi pengembangan sapi indukan impor dengan pola integrasi sapi – sawit di Desa Gunung Intan Kecamatana Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) pada hari Senin 1 Agustus 2016.

Menteri Pertanian meninjau langsung ke salah satu kelompok peternak penerima ternak indukan sapi Brahman Cross impor yaitu  Kelompok Ternak Sumber Makmur. Kelompok tersebut sebelumnya telah menerima sebanyak 50 ekor sapi indukan bunting. Populasi saat ini sudah bertambah 28 ekor anak yang lahir dari induk awal dan ada kematian induk 1 ekor.

Menteri Pertanian menghimbau agar pada kelompok ini terus dikembangkan program Inseminasi Buatan (IB), sehingga induk sapi bisa cepat bunting lagi. "Ini jangan dibiarkan induknya menganggur, ini pabriknya" himbau Amran. "Jangan ditunda kebutingannya, biar sapi – sapi ini nambah terus," tambahnya.

Sementara Bupati Panajam Paser Utara (PPU) Drs. H. Yusran Aspar mengatakan bahwa lahan ini adalah bantuan Pemda yang diberikan kepada masyarakat agar dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan sapi potong. “Peternak telah mengelola sendiri ternaknya, dan ternyata terbukti hasilnya saat ini” ungkap Yusran.

Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur  Dadang Sudarya bahwa pedet yang lahir dari sapi indukan impor sebanyak 1.926 di Kalimantan Timur adalah sebanyak 1.028 ekor. Sebagaimana diketahui bahwa pada Tahun 2015 Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur melalui Satker 06 telah mendapatkan alokasi dana Tugas Pembantuan dari pemerintah pusat dengan output pengadaan sapi Import Brahman Cross pada kegiatan Pengembangan Integrasi Ternak Ruminansia.

Dadang Sudarya juga menjelaskan bahwa  sapi indukan yang diimpor awalnya sebanyak 2.078 ekor dengan kondisi sebagian indukan dalam kondisi bunting kurang lebih umur 6 bulan. Kematian di Instalasi Kesehatan Hewan Sementara (IKHS) sebanyak 119 ekor. Realisasi jumlah ternak indukan sapi Brahman Cross impor yang diterima oleh kelompok ternak sebanyak 1.926 ekor yaitu 701 ekor di Kabupaten PPU dan 1.225 ekor di Kabupaten Paser. Perkembangan sampai akhir bulan Juni 2016 bahwa jumlah pedet yang lahir di Kabupaten PPU sebanyak 483 ekor, mati induk sebanyak 52 ekor dan mati anak sebanyak 93 ekor, sehingga jumlah akhir sapi adalah 1.039 ekor. Sedangkan jumlah pedet yang lahir di Kabupaten Paser sebanyak 545 ekor, mati induk sebanyak 56 ekor dan mati anak sebanyak 45 ekor, sehingga jumlah akhir sapi adalah 1.669 ekor,”

Impor sapi Indukan ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi permintaan daging yang semakin meningkat, sehingga dengan dilakukannya impor sapi indukan yang dalam keadaan bunting ini diharapkan akan dapat meningkatkan populasi ternak. Selain upaya peningkatan produktivitas ternak melalui Inseminasi Buatan dan Intensifikasi Kawin Alam. 

Sapi Brahman Cross dipilih karena jenis sapi ini mudah beradaptasi dengan lingkungan, pertumbuhan jauh lebih cepat, tahan terhadap penyakit, budidayanya relatif mudah serta produksi dagingnya tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa Sapi Brahman Cross berkembang dengan sangat baik di Australia Utara (Nothern Territory) dengan agroklimat yang tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Pada dasarnya jenis ternak sapi apa saja bisa berkembang dengan baik di Indonesia asalkan jumlah dan kualitas pakan yang diberikan mencukupi, serta tersedia air minum yang cukup.

Sapi indukan impor Brahman Cross ini dipelihara dengan model pemeliharaan ekstensif/model ranch yang dicoba diadopsi dengan pemeliharaan dilepas dibawah kebun sawit dengan dibatasi oleh pagar listrik (electric fencing), sehingga sapi-sapi Brahman Cross ini segera bisa beradaptasi. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya penyediaan lahan untuk pakan hijauan dengan penerapan pola integrasi sapi-sawit yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Biomassa yang berlimpah dari kebun sawit dan dari limbah pabrik sawit sangat membantu dalam penyediaan pakan, sehingga program ini dapat digunakan dalam upaya budidaya sapi potong, terutama untuk penyediaan lahan dan hijauan pakan, baik rumput maupun legum yang selama ini menjadi masalah utama di Indonesia.

 

Sumber: Padjarnain, S.Pt, M.Si, Dedeh Kurniasih, Yuliana Susanti, S.Pt, MSi. Subbag Kerjasama dan Humas, Bagian Perencanaan Ditjen PKH.

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Provinsi Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset