Punya Banyak Keunggulan, Kementan Gencarkan Integrasi Sawit dan Sapi melalui SISKA
- 21 Maret 2024, 13:15 WIB
- /
- Dilihat 1910 kali
- /
- humaspkh
Bogor - Kementerian Pertanian terus mendorong pengembangan usaha peternakan sapi melalui model Sistem Integrasi Kelapa Sawit dan Sapi (SISKA) pola inti plasma. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah pada Rapat Koordinasi Nasional Pengembangan Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit di IPB Convention Center, Bogor, Jawa Barat (21/3).
“Integrasi sawit dan sapi dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan potensi sumber daya pakan di kebun sawit untuk pengembangan ternak sapi”, ujar Nasrullah.
Lebih lanjut Nasrullah mengungkapkan berbagai upaya perluasan model SISKA pola inti plasma terus dilakukan di luar Kalimantan Selatan, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Barat serta Riau atas komitmen dan inisiatif pemerintah provinsi setempat. Diharapkan program model seperti ini dapat menjadi role model dan direplikasi oleh provinsi yang lain.
Saat ini total ternak sapi yang telah dikembangkan melalui SISKA pola inti plasma berjumlah 7.840 ekor, yang tersebar di Provinsi Riau, Kalsel, Kalbar dan Kaltim.
Senada dengan Nasrullah, Direktur Pakan, Nur Saptahidhayat menyampaikan bahwa program SISKA selaras dengan program integrasi secara nasional yaitu kegiatan super prioritas Kementerian Pertanian dalam rangka untuk menghadapi rawan pangan.
"Program SISKA ini sangat menopang bidang perekonomian bagi masyarakat, mulai warga sekitar hingga pekerja perusahaan yang lahan kebun sawitnya dipergunakan sebagai lahan pengembang sapi", jelas Sapto.
Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hilirisasi Produk Peternakan, Ali Agus mengatakan bahwa perkebunan kelapa sawit dapat menjadi penggerak dalam mendukung ketahanan pangan.
Luas perkebunan kelapa sawit yang mencapai 16 juta hektar (ha) mempunyai potensi besar dalam menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia berupa daging sapi.
“Perkebunan sawit berpotensi menjadi lokomotif penyediaan pangan bagi masyarakat luas. Dengan luas 16 juta ha, perkebunan sawit bisa diintetegrasikan dengan peternakan sapi dan tanaman pangan untuk mendukung swasembada daging dan pangan,” kata Ali Agus.
Ali Agus menambahkan, pemenuhan pangan hingga saat ini masih menghadapi berbagai kendala, termasuk sulitnya perolehan lahan. Keberadaan lahan kelapa sawit dengan kepadatan tanaman yang relatif tinggi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan lahan penggembalaan yang baik untuk berbagai tanaman.
“Perkebunan sawit dengan jarak tanam yang luas bisa menjadi altenatif lahan untuk pemenuhan pakan ternak dan tanaman pangan,” sambungnya.
Ditjen PKH juga berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam mengembangan SISKA. Diantaranya dengan Gabungan Pelaku dan Pemerhati Sistem Integrasi Sawit-Sapi (GAPENSISKA) dan SISKA Supporting Program (SSP).
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Team Leader of Advisory Support Group Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership (ASG-IARMCP), Stuart McAdam yang menjelaskan bahwa Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership merupakan kemitraan Indonesia dan Australia untuk sapi dan daging merah (red: contoh daging sapi, daging kambing/domba). Kerjasama dua negara ini telah berjalan sejak tahun 2014 dan menurutnya akan berakhir pada tahun ini.