Pemerintah Tingkatkan Kewaspadaan Wabah AI

  • 17 Februari 2014, 08:11 WIB
  • /
  • Dilihat 1814 kali

JAKARTA_Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan meningkatkan kewaspadaan terhadap wabah flu burung dengan maraknya kasus flu burung (Avian Influenza/ AI) pada musim hujan.  Wabah AI merupakan penyakit hewan yang bersifat transboundary diseases yakni lintas batas dan telah menjadi endemis di berbagai negara termasuk Indonesia, yang telah terjangkit sejak tahun 2003.  Sejumlah upaya telah dilakukan oleh pemerintah cq Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan sejak terjangkitnya virus AI ke Indonesia pada tahun 2003. 

Berdasarkan laporan tim Participatory Diseases  Surveillans and Respons/PDSR (Tim Unit Respon Cepat/URC) via SMS gateway      sejak   2007 s/d 2014 perkembangan kasus AI pada unggas menunjukkan trend penurunan yang cukup signifikan setiap tahunnya.  Pada tahun 2007 desa kasus positif AI mencapai 2.751, maka pada tahun 2011 menjadi 1.390, lalu pada tahun 2012 menurun menjadi 546 dan pada 2013 menjadi 470. Sebaran terjadinya kasus wabah AI selama setahun menunjukkan pola musiman, dimana peningkatan kasus terjadi pada musim hujan/basah.

Penurunan jumlah kasus AI tersebut didukung dengan peningkatan kewaspadaan dan respon cepat terhadap setiap kasus AI yang terjadi agar tidak terjadi penyebaran wabah.

Sebaran Propinsi dan jumlah desa yang terdapat kasus AI pada tahun 2013 yakni 5 propinsi kasus sedang; 19 propinsi kasus rendah; dan 9 propinsi tidak terjadi kasus.  Pada tahun 2014 terjadi peningkatan kasus pada bulan Januari sebanyak 39 desa pada 30 Kabupaten/Kota di 11 Propinsi yakni :

1.    JABAR : 9 Kasus (Bandung Barat, Ciamis, Banjar, Kota Bandung, Indramayu, Sukabumi)
2.    JATENG 8 Kasus (Grobogan, Sragen, Temanggung, Kota Semarang, Wonogiri, Tegal)
3.    DI Yogyakarta 5 Kasus ( Kulonprogo, Gunung Kidul, Kota Yogyakarta dan Bantul)
4.    Jawa Timur 3 Kasus (Lamongan, Bondowoso dan Ponorogo)
5.    Sumatera Barat 3 kasus (Sijunjung dan Tanah Datar),
6.    Lampung 3 kasus (Bandar Lampung dan Lampung Selatan),
7.    Sumatera Selatan 2 Kasus (Muara Enim)
8.    Aceh 1 kasus (Bireuen)
9.    Sulawesi Selatan 1 kasus (Sidrap)
10.    Banten 1 kasus (Kota Serang)
Hasil dari berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran para peternak akan penyakit AI melalui kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) membuahkan dampak terhadap terjadinya peningkatan kewaspadaan dan pengetahuan para peternak terhadap penyakit AI.  Diantaranya yakni kesadaran para peternak secara pribadi meminta untuk ternaknya yang tersisa masih hidup dari yang sebagian mati terjangkit AI untuk dimusnahkan tanpa meminta ganti rugi, disertai tindakan pembakaran, penguburan bangkai, desinfeksi kandang dan peralatan terkontaminasi.  Hal ini terjadi pada kasus matinya anak itik (Day Old Duck/ DOD) secara beruntun di desa Giriwoyo, Kec Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri pada 9-15 Januari 2014.  Dimana Tim PDSR segera turun dan melakukan depopulasi dan desinfeksi terhadap lokasi tertular agar tidak terjadi penyebaran.

Respon tim cepat juga diturunkan pada kasus AI di Kab Ciamis pada Januari 2014, dimana terjadi kematian ternak ayam ras petelur 30.000 ekor, untuk melakukan pemusnahan/ depopulasi dengan pembakaran, penguburan bangkai, pembersihan dan disinfeksi pada kandang tertular ke seluruh areal peternakan.  Tim Unit Respon Cepat (URC), Balai Veteriner Subang yang merupakan instansi dibawah koordinasi Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Laboratorium BPPHK (Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner) Cikole segera melakukan investigasi kasus dan pengambilan sampel.  Disamping itu juga dilakukan sosialisasi kepada para peternak dan masyarakat sekitar untuk meningkatkan kewaspadaan dan melaksanakan manajemen peternakan sesuai SOP pengendalian AI.  Demikian juga terhadap kasus AI yang terjadi di Kabupaten Madiun, Garut, Sragen dan lokasi kasus lainnya, Tim URC segera melakukan blocking/ pembatasan lalu lintasagar tidak menyebar ke lokasi lainnya.  

Selain membentuk Tim URC, pemerintah cq  Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan juga memfasilitasi vaksin AI bagi daerah, dimana pada tahun 2013 dan 2014 dialokasikan dana pengadaan vaksinnya di masing-masing propinsi dengan besaran yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing propinsi.  Namun demikian dalam rangka persiapan emergency Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan juga menyediakan vaksin AI di pusat yang diproduksi di Pusat Veterinaria Farma (Pusvetma) yang merupakan instansi dibawah koordinasi Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, untuk didistribusikan kepada daerah yang mengalami kekurangan.

Vaksin AI untuk kebutuhan emergency tersebut pada 5 Februari 2014 sebagian telah didistribusikan ke Propinsi Jawa Tengah untuk pasca bencana banjir yakni Kota Pekalongan 20 ribu dosis, Kab Pekalongan 20 ribu dosis, Kab Pemalang 20 ribu dosis, Kab Kendal 10 ribu dosis, Kab Batang 10 ribu dosis dan saat ini sedang dalam proses pengiriman untuk 7 Kab/Kota lainnya yakni Kudus, Pati, Jepara, Demak, Purworejo, Sragen dan Kota Tegal masing-masing @ 10 ribu dosis.  Propinsi Jawa Barat didistribusikan pada 6 Februari 2014 untuk Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang dan Kuningan masing-masing @ 10 ribu dosis.  Sedangkan Propinsi Jawa Timur saat ini sedang dalam proses pengiriman untuk Kabupaten Situbondo, Malang, Mojokerto dan Banyuwangi masing-masing @ 10 ribu dosis.

Virus AI yang menjangkit Indonesia sejak awal terjadinya kasus hingga saat ini adalah sub tipe H5N1 yakni clade 2.1.3 dan 2.3.2.1.  Berdasarkan surveilans yang dilakukan pada 261 pasar tradisional di Jabodetabek, Kota Medan dan Kota Surabaya yang telah dilakukan sejak tahun 2013 - Januari 2014 tidak ditemukan virus tipe baru.  Pemerintah cq Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui jejaring Laboratorium Veteriner (BBVet/Bvet, BBPMSOH, Pusvetma dan Bbalitvet) juga telah melakukan Influenza Virus Monitoring (IVM) Online untuk memetakan genetik virus AI di Indonesia.

Virus AI sub tipe H5N1 clade 2.3.2.1 merupakan penyebab terbesar kematian pada itik akhir-akhir ini disamping disebabkan oleh terjadinya banjir di wilayah tertentu.  Kasus pertama AI pada itik ditemukan pada November 2012, dimana jumlah kematian ternak itik September-Desember 2012 mencapai 273.600 ekor.  Petugas kesehatan hewan segera bergerak cepat menangani kasus tersebut di lokasi.  Disamping itu Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan segera mengisolat virus AI pada itik dimaksud dan mengidentifikasi jenis clade baru pada virus sub tipe H5N1 yakni 2.3.2.1.  Selanjutnya Pusvetma segera memproduksi vaksin dari virus dimaksud, sehingga lebih efektif.  Upaya pengendalian, pencegahan dan pemberantasan wabah AI kepada itik dapat dilihat dengan penurunan jumlah kasus AI pada itik.  Jika pada Sept-Des 2012 kematian itik mencapai 273.600 ekor maka pada Triwulan I, II, III dan IV Tahun 2013 berturut-turut mengalami penurunan yakni 40.896 ekor; 9.342 ekor; 9.232 ekor dan 8.016 ekor.

Faktor yang menyebabkan terjadinya wabah AI yakni :

1.    Perubahan iklim secara ekstrim menyebabkan stres dan menurunnya daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh yang dihasilkan, sehingga memicu munculnya berbagai penyakit unggas menular termasuk AI.
2.    Masih banyaknya peternakan ayam ras dan itik komersial skala kecil khususnya di wilayah risiko tinggi yang masih belum menerapkan tindakan biosekuriti hemat praktis dan vaksinasi yang tepat
3.    Para peternak unggas komersial skala kecil masih menjual unggas sakit/diduga sakit ke pedagang/pengumpul unggas sehingga menyebar secara cepat melalui rantai pemasaran unggas
Tindakan pengendalian AI yang telah dilakukan oleh pemerintah yakni :

1.    
Kesiagaan pengendalian AI dengan mengatur pelaksanaannya melalui :

SE. Dirjen Peternakan & Kesehatan Hewan No. 22037/PD.510/F/07/2013  tanggal 22 Juli 2013 tentang kewaspadaan perubahan iklim tidak menentu mulai Agustus 2013.
SE. Dirjen Peternakan & Kesehatan Hewan No. 22040/TU.210/F/01/2014 tanggal 22 Januari 2014 tentang kesiagaan pengendalian AI di musim hujan
2.    
Deteksi, Lapor dan Respon Cepat
Meningkatkan kesadaran masyarakat/peternak untuk melaporkan  unggas sakit atau mati mendadak via SMS, lalu dilakukan tindakan deteksi uji cepat, pengendalian AI secara cepat dan dilaporkan cepat via SMS gateway oleh Petugas Unit Respon Cepat (URC) di Puskeswan

3.    
Komunikasi publik

Masyarakat dapat memperoleh informasi atau melaporkan kasus  AI kepada petugas setempat atau melalui SMS/Call Center 08118301001 dan website: keswan.ditjennak.pertanian.go.id dan/atau ditjennak.pertanian.go.id

4.    Penerapan Biosekuriti yang hemat dan praktis di peternakan (pembatasan orang dan lain-lain yang boleh masuk kandang metode 3 zona, isolasi unggas sakit/bangkai dibakar dikubur, dan pembersihan desinfeksi) maupun di rantai pasar unggas (penataan dan peningkatan tingkat higienis). Kegiatan pilot percontohan Pelayanan Veteriner Unggas Komersial (PVUK) di 20 kab/kota, 8 provinsi perlu segera direplikasikan terutama yang termasuk wilayah risiko tinggi
5.    
Vaksinasi

Kebijakan penggunaan vaksin AI produksi dalam negeri, dimana pada Tahun. 2013 Pusat telah mendistribusikan 7 juta dosis vaksin APBN ke 6 propinsi wilayah risiko tinggi. Tahun 2014 Pusat akan melaksanakan pengadaan 5 juta dosis (3.5 juta dosis clade 2.1.3. dan 1.5 juta dosis clade 2.3.2.1).  PUSVETMA Surabaya telah memproduksi vaksin AI H5N1 clade 2.3.2.1 untuk unggas terutama itik.  Diprediksi pasca banjir akan terjadi peningkatkan kasus AI terutama pada itik. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan telah menyiapkan stok vaksin AI clade 2.3.2.1 sebanyak 250.000 dosis  disalurkan untuk bantuan lokasi pasca banjir dan antisipasi kasus AI pada itik di 20 kab/kota di Prov. Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur.  Vaksinasi dilakukan setelah selesai masa banjir, guna meningkatkan kekebalan tubuh menghadapi serangan virus AI yang bersirkulasi di lingkungan.

Tips pencegahan dan pengendalian AI bagi peternak yakni :

1.    
Menerapkan Biosekuriti hemat/mudah

Batasi masuknya orang, alat, barang, kendaraan ke dalam kandang/peternakan.
Isolasi unggas sakit dan tidak memperjualbelikannya, bakar dan kubur bangkai unggas
Masa kosong kandang dibersihkan dan disinfeksi.
2.    Vaksinasi AI di wilayah risiko tinggi dengan menerapkan 3 Tepat : Tepat vaksin, Tepat jadwal dan Tepat tehnik vaksinasi
3.    Pemberian pakan dengan nutrisi yang cukup
Sedangkan tips pencegahan dan pengendalian AI bagi masyarakat yakni :

1.    Membeli dan mengkonsumsi daging unggas yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)
2.    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS): Cuci tangan pakai sabun setelah menangani unggas.
3.    Himbauan masyarakat tidak memelihara unggas pekarangan secara diumbar dalam area pemukiman padat penduduk di perkotaan
4.    Bila mengetahui unggas sakit atau mati mendadak segera melapor SMS ke petugas keswan terdekat atau SMS/Call Center 08118301001.
Pemerintah targetkan Indonesia bebas AI pada tahun 2020.  Adapun target pencapaian status bebas wabah AI adalah sebagai berikut :

2014                 : Maluku Utara, Maluku, Papua, Papua Barat.

2015                 : Pulau Kalimantan, NTT, NTB, Bangka Belitung, Kepulauan Riau

2016 – 2017      : Pulau Sulawesi, Bali

2016 – 2018      : Pulau Sumatra

2019                 : Pulau Jawa

2020                 : Indonesia

Prinsip pengendalian dan pemberantasan AI untuk menuju status bebas AI dilaksanakan secara komprehensif (pada semua sektor usaha perunggasan), secara intensif dan melibatkan semua pihak.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi :

Pudjiatmoko, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Titik Triary Wijaksani (08121865425), Kepala Subag Kerjasama dan Humas, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Provinsi Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset