Mengatur Cahaya di Kandang Layer

  • 13 Juni 2016, 14:49 WIB
  • /
  • Dilihat 11409 kali

Dalam budidaya layer (ayam petelur), saat DOC (ayam umur sehari) berada di kandang postal dan ada risiko lumpuh kalau tidak ada penerangan, maka pencahayaan menggunakan lampu dilakukan selama 24 jam sampai umur 1,5 bulan. Setelah itu, masuk ke fasegrower sampai umur 3,5 bulan, pada malam hari tidak menggunakan penyinaran lampu sama sekali alias gelap gulita. Keterangan soal penerangan (lighting) ini disampaikan Hardi Suyono, pemilik peternakan layer Bintang Farm di Sleman, Jogjakarta kepada TROBOS Livestock.

Tidak adanya penerangan lampu pada malam hari di masa grower itu, Hardi melanjutkan penjelasan, diakuinya membuat susah mengejar tingkat konsumsi pakan pada malam hari, sehingga target berat badan ayam sulit tercapai. Tetapi ia memiliki trik lain agar berat badan ayam bisa tercapai. Caranya dengan mengosongkan tempat pakan pada siang hari sehingga merasa lapar, dan mengisi penuh tempat pakan ketika sore hari. Tujuannya, ayam makan sebanyak-banyaknya dan kenyang sebelum lingkungan kandang gelap dan makan berikutnya dilanjutkan pada pagi hari. “Dengan begitu berat badan bisa tercapai. Lagi pula kalau pakan diberikan pada ayam di siang hari juga tidak baik,” ujar dia.

Sampai ayam ini masuk fase layer atau produksi telur, masih menurut Hardi, malam hari tidak menggunakan penerangan lampu. “Karena ayam sudah terbiasa tidak memakai lampu seperti pada fase grower sehingga kalau pakai lampu tidak memberikan pengaruh yang signifikan,” jelasnya. Praktis, di peternakan dengan kandang terbuka (open house) miliknya, Hardi mengandalkan cahaya utama dari sinar matahari pada siang hari.

Tetapi, ia menyambung, saat produksi layer mencapai 5 % ia melakukan penambahan lighting di kandang menggunakan lampu dengan total waktu selama 3 jam. “Layer mulai produksi 5 % rata-rata di umur 18 – 20 minggu, sementara untuk puncak produksi kalau pullet bagus bisa pada umur 25 minggu tetapi kalau kurang bagus bisa mundur pada umur 30 minggu,” tambahnya. Hardi mulai menyalakan lampu setelah lingkungan kandang gelap. Penambahan lighting ini dilakukan secara bertahap 1 jam setiap minggu hingga mencapai total penambahan 3 jam.    

Adapun waktu mulai penambahan lighting dengan lampu tidak memakai jam tertentu karena setiap hari mulai gelapnya berbeda-beda tergantung keadaan lingkungan yang terkadang terang, hujan, atau mendung. “Ada kalanya lampu dihidupkan mulai pukul 16.30, 17.00 bahkan 19.00. Prinsipnya setelah gelap lampu dihidupkan mengikuti kondisi cuaca setiap musim,” kata Hardi.

Pengurangan Bertahap

Strategi lighting yang berbeda di open house disampaikan Man Budhi Mulyono, peternak layer yang tinggal di Kota Magelang, Jawa Tengah. Pemilik bendera SBR Farm ini melakukan lighting di kandang pada ayam-ayamnya mulai DOC sampai kira-kira umur 1 minggu selama 24 jam. Setelah itu, secara bertahap lighting dikurangi 1-2 jam per minggu.

Ia berpendapat, kalau di daerah tropis yang perlu diperhatikan adalah mengurangi lighting jangan terlalu drastis. Pengurangan lighting harus disesuaikan dengan pertumbuhan berat badan ayam. “Kalau ayam sudah bisa mencapai berat badan standar maka lama lighting dikurangi secara bertahap,” ujar anggota Presidium Ketua Pinsar Petelur Nasional (PPN) ini.

Sampai ayam mencapai umur 9 minggu cahaya dikurangi menjadi kurang dari 12 jam per hari dengan cara kandang ditutup tirai. “Kira-kira pada umur 9 minggu, kandang harus sudah tanpa lighting sama sekali dan cukup natural lighting (penerangan alami) menggunakan sinar matahari sampai umur sekitar 14 minggu. Intinya pada periode pullet ini jangan menambah jam terang,” tandasnya.

Pengurangan lighting ini untuk mengatasi persoalan musim di Indonesia yaitu musim kemarau dan penghujan. Pasalnya, pada kedua musim ini pergerakan matahari pada bulan-bulan tertentu akan terbenam lebih lambat dan pada bulan-bulan tertentu terbenam lebih cepat. “Pengurangan lighting ini untuk meminimalkan efek dari 2 musim tersebut. Dengan cara seperti itu diharapkan ketika ayam mencapai umur diantara 22-24 minggu produksi telur minimal bisa mencapai 90 %. Setelah itu, produksi telur diharapkan bisa terus di atas 90 %,” tegas Man Budhi.

 

Sumber : https://www.trobos.com/detail_berita.php?sir=28&sid=6177

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset