Beternak Domba - Kambing di Lampung Cerah

  • 02 Juli 2015, 10:47 WIB
  • /
  • Dilihat 5235 kali

Usaha peternakan domba dan kambing tetap menjadi primadona dan menjanjikan di berbagai daerah di Indonesia. Apalagi jika di daerah yang bersangkutan, ketersediaan pakan baik berupa hijauan maupun konsentrat melimpah.

Suhaji, peternak domba dan kambing yang berlokasi di Dusun Branti Kecamatan Natar, Lampung Selatan memilih dua komoditas ini sebagai usahanya. Ia memulai terjun ke usaha peternakan domba dan kambing sejak 1995 dengan populasi awal 20 ekor.

Pada 2004, Suhaji mulai fokus di bisnis penggemukan domba dan kambing. Ia beralasan memilih bisnis ini karena sudah lama beternak domba dan kambing sehingga memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankannya. Terlebih di lingkungan tempat tinggalnya terdapat beberapa warga yang melakukan usaha yang sama seperti dirinya.

Ia pun tidak berpikir untun menjalankan usaha pembibitan. Ia berkilah, lahan pemeliharaan dan modal yang dibutuhkan cukup besar masih menjadi kendala termasuk masa penjualan yang lama harus menunggu minimal umur 10 bulan. “Usaha pembibitan perputaran uang lambat, meskipun sebenarnya menguntungkan juga,” jelasnya kepada TROBOS Livestock.

Pakan Konsentrat

Pakan yang digunakan untuk memacu pertumbuhan domba dan kambing yang dipelihara tidak hanya rumput, tetapi ditambahkan konsentrat. “Kalau pakai rumput semua, dengan total populasi saat ini sebanyak 280 ekor dan semua pejantan akan cukup kewalahan dalam penyediaan rumputnya,”kata Suhaji.

Untuk pemberian konsentrat bagi domba dan kambing yang baru datang diadaptasikan terlebih dahulu selama 10 – 20 hari selain diberi rumput 3 kali sehari dan ditambahkan pakan dari daun singkong yang digiling serta dicampur sedikit bungkil kelapa. “Setelah domba dan kambing sudah tampak terbiasa maka diberikan 100 % konsentrat sampai dijual,” katanya.

Ia menjabarkan, bahan baku konsentrat buatan sendiri itu berjumlah sekitar 22 jenis antara lain onggok, kulit nanas, bungkil kelapa, tepung udang,dan tepung jagung giling. Untuk nilai protein dari konsentrat yang dibuat ini setelah diuji di Universitas Lampung angkanya mencapai 11 %.

Suhaji menyatakan, bahan pakan tidak menjadi masalah di Lampung karena sumber bahan baku pakan cukup banyak. Misalnya harga onggok cukup murah 1 ton Rp 3 juta sehingga dia menganggap, pemberiaan pakan dengan konsentrat lebih baik dan mudah dalam ketersediannya dibanding rumput.

Dari pengalaman Suhaji, pemeliharaan domba dan kambing cukup mudah. Untuk domba dan kambing yang baru datang dari petani atau pengumpul, biasanya diberi obat cacing dan antibiotik supaya tidak mudah terserang penyakit dan pertumbuhannya bisa optimal. “Kalau domba dan kambing baru datang butuh adaptasi karena kondisi kandang sebelumnya pasti berbeda,” katanya.

Dia mengakui, tidak jarang domba dan kambing mudah terserang penyakit terlebih jika telah menempuh perjalanan. “Biasanya domba dan kambing terkena penyakit mata dan pilek. Sedangkan kalau domba dan kambing kotor dimandikan agar nafsu makannya kembali lagi,” ujarnya.

Pasokan Bakalan

Dalam memenuhi pasokan bakalan di peternakan domba dan kambing miliknya, Suhaji mengandalkan pedagang pengumpul dari Tanggamus, Lampung Barat yang rutin memasok ke kandangnya. Juga dari para peternak domba dan kambing di sekitar tempat tinggalnya.“Untuk mencari bakalan domba dan kambing sekitar 10 – 20 ekor tidak terlalu sulit karena saya tahu lokasi sumber ternaknya,” katanya.

Adapun kriteria pemilihan bakalan yang harus diperhatikan adalah kepala, telinga,dan kaki. Telinga harus lebar, kepala dan kaki harus besar walaupun kondisi saat dibeli kurus. Dengan kriteria seperti itu memiliki potensi untuk memiliki badan yang. “Kalau kepala dan kaki kecil mengindikasikan domba dan kambing itu banyak makan tetapi tidak akan gemuk,” terang Suhaji.

Domba dan kambing bakalan yang dibeli mempunyai umur dikisaran 12 – 15 bulan agar sesuai permintaan konsumen untuk kambing muda. Lalu, domba dan kambing bakalan itu digemukkan selama 3 bulan.

Domba dan kambing bakalan itu dibeli dengan harga rata – rata Rp 1,15 juta per ekor. Sedangkan biaya pemeliharaan dengan masa penggemukan sekitar 3 bulan yaitu Rp 2.000 per ekor per hari termasuk obat.

Dengan modal sekitar Rp 1,35 juta maka domba dan kambing yang dijual ke pasaran bukan di hari Raya Idul Adha berkisar Rp 1,6 –1,7 juta dengan berat 24 – 25 kg. Jika dijual pada hari Raya Idul Adha, harganya bisa lebih tinggi karena merupakan panen bagi pelaku penggemukan domba dan kambing.

Dia sebutkan, dalam menjual domba dan kambing ,menaksir bobot hidup melalui taksiran atau “jogrogan” dibandingkan timbangan jauh lebih baik. Pasalnya, kalau domba dan kambingnya bagus dan ditaksir harganya bisa Rp 2juta per ekor maka akan rugi jika ditimbang dan harganya hanya menjadi Rp 1,7 juta per ekor. “Saat ini saya lebih banyak menjual kambing jawa randu dibanding domba karena selisih harga kambing lebih mahal Rp 100 ribu per ekor dibandingkan domba,” jelas Suhaji.

 

Sumber : https://www.trobos.com/detail_berita.php?sir=8&sid=6176

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Provinsi Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset