Kementan dan BNPB Kerja Sama dengan FAO Lakukan Simulasi Evakuasi Ternak dalam Penanggulangan Bencana
- 27 April 2022, 09:09 WIB
- /
- Dilihat 835 kali
- /
- Administrator
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan FAO Indonesia melakukan simulasi evakuasi ternak dalam penanggulangan bencana.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah mengatakan, pihaknya menyadari Indonesia memiliki berbagai risiko bencana dengan 127 gunung berapi. Maka, hewan ternak juga perlu mendapatkan perhatian lebih demi kelangsungan hidup manusia.
"Hal ini juga kaitannya dengan lebih dari 1,2 juta populasi yang tinggal di sekitar wilayah gunung berapi di seluruh Indonesia bermata pencaharian di bidang pertanian dan peternakan, khususnya peternak keluarga berskala kecil,“ kata Nasrullah.
Ia menjelaskan, Kementan bersama BNPB dan pemerintah daerah akan menyusun pedoman penanganan ternak pada bencana gunung berapi yang di dalamnya termasuk pengaturan evakuasi ternak dan rencana kontinjensi.
Adanya pedoman penanganan evakuasi ternak ini diharapkan dapat melengkapi pedoman evakuasi pada manusia, sehingga masyarakat memperoleh jaminan keselamatan pada saat terjadi bencana. Baik bagi dirinya dan hewan ternaknya sebagai sumber mata pencaharian utama bagi keluarga di pedesaan.
"Tujuan pedoman ini untuk mengurangi risiko dan kerugian akibat bencana gunung api. Tentu pemerintah ingin masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tetap selamat dan sejahtera,“ jelas dia.
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementan, Syamsul Ma’arif menerangkan, proses evakuasi ternak sejatinya mesti memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan, agar ternak yang dievakuasi selamat sampai tempat penampungan. Untuk itu, diperlukan panduan bagi petugas atau peternak pada saat melakukan evakuasi.
"Kami sedang menyiapkan SOP Evakuasi Ternak yang dapat digunakan sebagai panduan bagi petugas dan peternak di lapangan agar proses evakuasi dapat dilakukan dengan baik,” ungkap Syamsul.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Mayjen TNI Suharyanto juga memaparkan, pihaknya siap untuk mengintegrasikan evakuasi ternak sebagai elemen baru dan penting dalam upaya penanggulangan bencana.
Lantaran, evakuasi ternak sangat erat kaitannya dengan upaya penyelamatan manusia dan ternak merupakan aset kehidupan yang berharga. Maka, menyiapkan rute evakuasi ternak secara khusus dapat mengurangi korban jiwa maupun kerugian ekonomi.
"Untuk pertama kalinya, simulasi evakuasi ternak menjadi bagian dari rangkaian kegiatan puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang diperingati setiap 26 April sejak tahun 2017 lalu," beber Suharyanto.
Ia menambahkan, kesiapan penanggulangan bencana di Indonesia sebenarnya sudah semakin meningkat dalam penyelamatan manusia. Namun dalam berbagai insiden bencana, proses evakuasi manusia sering terkendala masyarakat.
Khususnya para peternak yang enggan untuk melakukan evakuasi jika harus meninggalkan hewan ternak mereka yang merupakan aset berharga dalam kehidupan.
"Hal ini dapat meningkatkan risiko korban jiwa maupun kerugian ekonomi, sehingga pemerintah perlu menyusun strategi khusus untuk menanggulanginya. Salah satunya dengan pedoman ini,” imbuh Suharyanto.
BNPB mencatat, setidaknya terdapat kematian 2.800 ternak sapi, pada letusan gunung Merapi tahun 2010, dengan 332 korban jiwa pada manusia. Sekitar 12,4% dari total kerugian ekonomi sebesar Rp4,23 triliun merupakan kerugian usaha kecil dan menengah masyarakat, termasuk di bidang pertanian dan peternakan.
Setidaknya terdapat 156 letusan gunung api di seluruh Indonesia pada periode 2010-2020 atau rata-rata 15 kali letusan dalam setahun.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) di Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal menyampaikan dukungan senada. FAO akan bekerja sama erat dengan BNPB dan Kementan untuk berupaha melindungi para peternak dan petani dari kerugian akibat bencana gunung api.
"Kami memberikan berbagai dukungan teknis sesuai pedoman Sendai Framework PBB di berbagai belahan dunia untuk melakukan studi, menyusun pedoman penanganan ternak termasuk evakuasi ternak, peningkatan kapasitas, rencana penanggulangan hingga melakukan simulasi penyelamatan,” ujar Rajendra.
Ia menambahkan, sebagai presiden G20 serta tuan rumah Global Platform for Disaster Risk Reduction yang akan diselenggarakan di Bali, pada bulan Mei 2022, upaya penanggulangan bencana di Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia.
"Kondisi geografis di antara cincin api yang rawan bencana dan besarnya jumlah populasi tidak menghalangi Indonesia untuk tumbuh sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia," tuturnya.