• Beranda
  • Berita
  • Menangkal Ayam Impor : Dapatkah Biaya Produksi di Bawah $1?

Menangkal Ayam Impor : Dapatkah Biaya Produksi di Bawah $1?

  • 09 Mei 2015, 08:28 WIB
  • /
  • Dilihat 2164 kali

Berita mengenai kerjasama perusahaan Brazil dengan perusahaan Indonesia untuk memroduksi ayam olahan membuat peternak broiler di Indonesia merasa terancam karena perusahaan Brazil kemungkinan akan menggunakan ayam Brazil.

Sudah lama diketahui bahwa Brazil merupakan salah satu Negara yang paling murah menghasilkan broiler di dunia dan peternak broiler di Indonesia tidak mampu bersaing dengan Brazil tanpa memperbaiki diri. Ancaman masuknya broiler juga datang dari Negara tetangga Indonesia dengan terbukanya pasar bebas ASEAN. Di Indonesia sendiri sudah terjadi persaingan ketat antara peternak mandiri dengan perusahaan peternakan broiler. Ada baiknya jika Indonesia melihat wawasan yang lebih luas dengan menganalisis keunggulan kompetitif dari Negara lain dan berbenah diri untuk dapat bersaing dengan mereka. Salah satu elemen penting untuk dapat bersaing adalah efisiensi di segala bidang agar biaya produksi lebih murah dan meningkatkan nilai tambah dari produk yang sesuai dengan pasar dalam negeri atau bahkan untuk ekspor.

Biaya produksi broiler Brazil

Brazil dikenal sebagai salah satu Negara penghasil broiler utama dunia di samping AS. Salah satu faktor penentu dalam produksi adalah biaya produksi broiler yang relatif murah dibandingkan Indonesia. Keunggulan mereka dalam memroduksi broiler dengan murah karena rendahnya biaya pakan akibat bahan pakan terutama jagung dan bungkil kedelai (BKK) yang relatif murah. Meskipun demikian, biaya produksi broiler hidup dan karkas di Brazil berfluktuasi dari tahun ke tahun tergantung harga bahan pakan utama yaitu jagung dan bungkil kedelai (BKK). Harga bahan pakan ini dipengaruhi oleh harga pasar dunia karena keterbukaan dan tidak diproteksi. Tabel  1, menunjukkan biaya produksi tertinggi di Brazil adalah pada tahun 2011 ketika harga jagung mencapai Rp.4000 per kg.

 

Tabel 1 . Biaya Produksi Tertinggi di Brazil

Tahun

Biaya produksi hidup (Rp/kg)

Biaya karkas (Rp/kg)

Harga jagung (Rp/kg)

Harga BKK (Rp/kg)

2006

7,020

8,450

1,733

2,730

2007

9,360

13,910

2,598

3,640

2008

12,610

16,510

3,010

5,070

2009

10,790

15,730

2,264

5,330

2010

11,310

26,260

2,630

4,680

2011

14,560

31,850

3,961

5,070

Sumber: FAS USDA, Brazil. Harga dihitung atas dasar kurs sebesar Rp.13.000 per US$.

 

Laporan FAS tahun 2013 untuk menunjukkan kondisi pada tahun 2012 terjadi penurunan biaya produksi sebanyak 15% yang disebabkan oleh harga bahan pakan yang menurun tajam dan pada tahun 2013 menurun lagi sebesar 5.5%, sehingga diperkirakan biaya produksi pada tahun 2014 sebesar Rp.11.500 saja. Biaya produksi broiler di US yang dilaporkan oleh University Georgia (PIP, Feb 2015) adalah sebesar US$ 0.674 atau Rp8.760 per kg tanpa termasuk biaya buruh dan depresiasi kandang. Biaya produksi pakan saat ini di US sebesar $280 per ton atau Rp.3.860 per kg.

Biaya produksi broiler saat ini di Thailand dilaporkan sebesar Baht 35 (Rp.14.000) per kg hidup dengan harga pakan sebesar Baht 14.6/kg (Rp5.875). Harga pakan ini lebih murah dari Indonesia (> Rp.6.000) padahal harga jagung di Thailand Baht 9.5 (Rp3.800) lebih mahal dari jagung Indonesia,bahkan lebih mahal dari jagung impor sebesar $210 per ton C&F.

Jagung dan bungkil kedelai yang menentukan

Jagung dan bungkil kedelai (BKK) merupakan komponen penting dalam pakan broiler, jumlah pemakaian dalam pakan broiler dapat mencapai > 80 persen. Oleh karena itu, biaya pakan sangat ditentukan oleh kedua bahan tersebut. Biaya produksi jagung di Indonesia juga sebenarnya hampir sama dengan negara lain penghasil jagung seperti AS atau Amerika Latin, akan tetapi Indonesia masih belum mampu memroduksi jagung sendiri untuk memenuhi kebutuhan pakan broiler dan petelur sehingga harus mengimpor dari Negara lain seperti Brazil, Argentina atau AS.

Meskipun harus impor, sebenarnya biaya jagung yang diterima oleh pabrik pakan saat ini (C&F $210 per ton) relatif lebih murah dibanding jagung lokal yang harganya saat ini > Rp.3.400 per kg.  Di samping jagung, BKK juga menentukan biaya pakan broiler. Karena semua BKK harus diimpor (demikian juga Negara ASEAN lain), maka harga BKK mengikuti harga pasar dunia. Saat ini harga BKK yang sampai di Indonesia (C&F) < $400 per ton sehingga kalau logistiknya efisien, seharus harga BKK hanyalah sekitar Rp.5.300.

Estimasi biaya produksi

Jika diperhatikan dari data mengenai biaya produksi broiler hidup dan harga jagung dan BKK di Brazil, maka dapat diestimasi biaya produksi dari harga jagung dan BKK. Biaya produksi broiler hidup dapat dihitung dengan rumus : 60% dari harga jagung ditambah 30% harga BKK dikalikan faktor 3.8. Rumus ini dapat mengestimasi biaya produksi broiler hidup dan mendekati kenyataan yang ada. Apabila harga jagung dan BKK di Indonesia saat ini masing-masing adalah Rp.3.000 dan Rp.5.100 per kg maka biaya produksi broiler hidup hanyalah Rp.12.650 per kg atau kurang dari $1. Hal ini dapat terjadi jika sistim usaha broiler dilakukan seperti di Brazil dengan menerapkan teknologi modern dan terintegrasi secara vertikal.

Jenis strain ayam bukan merupakan faktor penentu karena hampir di seluruh dunia menggunakan strain broiler modern, yang dikuasai oleh 3 perusahaan pembibitan dunia. Biaya produksi < $1 dapat terjadi bila hanya dihitung dari biaya bahan pakan di dunia saat ini, tanpa ditambahkan keuntungan pada masing-masing tahap produksi. Akan tetapi, jika diperhitungkan keuntungan pabrik pakan, keuntungan usaha pembibitan, keuntungan pemeliharaan broiler dan keuntungan dalam penjualan ayam hidup maka tidak mungkin dapat menekan biaya broiler hidup < $1.

Apabila Indonesia mampu memroduksi broiler dengan biaya kurang dari $1 sedangkan biaya di Brazil dan US saat ini diperkirakan sebesar $0.80-0.85, maka selisih yang terjadi hanyalah 20% saja. Agar Brazil atau US mampu mengekspor broiler maka harus dibuat karkas dan dibekukan atau dalam bentuk olahan. Biaya pengolahan ayam dan pengiriman daging broiler beku dari sana dapat mencapai  > 20% biaya produksi broiler atau > $0.2 per kg. Apabila diperhitungkan biaya pengolahan daging ayam dan   ”kesukaan”  konsumen Indonesia untuk membeli ayam segar maka seharusnya Indonesia mampu menangkal pemasukan broiler atau olahan beku dari Negara lain. Biaya produksi broiler di Thailand saat ini relatif lebih tinggi ($1.1) sehingga akan sulit masuk ke Indonesia kecuali dari produk olahan. Diperkirakan biaya produksi broiler yang lebih efisien adalah Malaysia karena biaya bahan pakan yang sesuai dengan pasar dunia dan biaya logistik (pelabuhan dan pengiriman) yang relatif lebih murah dan efisien.

Indonesia harus berubah

Apabila dilihat dari uraian di atas, maka Indonesia harus berbenah diri dalam mengelola usaha perunggasan dalam meningkatkan efisiensi untuk menekan biaya produksi agar mampu berdaya saing. Beberapa saran dapat dikemukakan sebagai berikut:

  1. Perubahan konsep usaha broiler

Sering dikemukakan bahwa industri broiler haruslah merupakan industri yang terintegrasi agar mampu meningkatkan efisiensinya, karena industri broiler terintegrasi akan mampu mengontrol biaya produksi dari bahan pakan sampai produk daging ayam yang menjadi makanan manusia. Peternakan terintergasi akan mengevaluasi setiap tahapan produksi agar dapat dihasilkan produk yang paling ekonomis dan hasil produksinya akan disesuaikan dengan permintaan konsumen. Industri peternakan broiler Indonesia masih banyak ter-fragmentasi menjadi beberapa perusahaan yang masing-masing akan mencari keuntungan sehingga konsep usahanya adalah “profit center” (sumber keuntungan di masing-masing tahap produksi), padahal perusahaan terintegrasi akan berfikir secara “cost center” (sumber biaya di masing-masing tahap). Hampir tidak ada perusahaan broiler di dunia yang tidak menerapkan integrasi secara vertikal dalam usahanya agar dapat efisien.

 

Sumber: https://www.poultryindonesia.com/news/opini/menangkal-ayam-impor-dapatkah-biaya-produksi-di-bawah-1/#more-6089

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No.3
Gedung C Lt 6 - 9, Ragunan, Kec. Pasar Minggu,
Kota Jakarta Selatan, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset