Lebih Sehat dengan Ayam Probiotik

  • 13 Juni 2016, 14:48 WIB
  • /
  • Dilihat 3455 kali

Dari waktu ke waktu terjadi peningkatan kecepatan umur panen broiler (ayam pedaging). Dari yang dulu umur panen hingga mencapai 3 bulan, sekarang ini broiler dapat dipanen pada umur 35 hari. Kondisi yang demikian membuat produksi daging broiler mengalami peningkatan.

Seiring dengan perkembangan waktu diketahui broiler mengalami resistensi terhadap penyakit khususnya diinfeksi saluran digesti seperti bagian usus. Hal ini dapat menyebabkan performa ayam menurun. Akibatnya penggunaan antibiotik menjadi solusi untuk mengatasi.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, diketahui terdapat residu antibiotik di daging ayamyang diakibatkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak memperhatikan dosis. Bahaya yang ditimbulkan apabila manusia mengkonsumsi akan menyebabkan resistensi terhadap antibiotik tertentu yang menurunkan sistem imunitas seseorang. Akibatnya penggunaan beberapa jenis antibiotik pun dilarang. Namun demikian peternak telahmengalami ketergantungan terhadap antibiotik. Pasalnya antibiotik berperan sebagai growth promoteratau sebagai pemacu pertumbuhan.

Masyarakat saat ini sudah pandaimemilih kualitas makanan yang sehat untuk dikonsumsi bukan lagi melihat dari sisi kuantitasnya. Maka dari itu perlu adanya solusi untuk mengganti antibiotik sebagai growth promoter. Tingginya kewaspadaan konsumen terhadap residu antibiotik makanan yang berasal daging unggas (daging broiler) menjadi salah satu pendorong untuk memproduksi daging ayam yang “BASUH” (Bersih, Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) sebagai proteksi residu antibiotik.

Memproteksi dari bahaya antibiotik melalui substitusi antibiotik dalam pakan dengan probiotik. Probiotik adalah salah satu jenis imbuhan pakan yang diberikan pada ternak berupa bakteri yang menguntungkan bagi inangnya. Probiotik didalam usus akan memacu pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dan mencegah pertumbuhan bakteri patogen. Kondisi lain yang dicapai adalah meningkatkan sistem imun ayam karena tahan terhadap bakteri patogen.

Dari Ayam Lokal

Penelitian penulis untuk melihat pengaruh suplementasi probiotik bakteri asam laktat (BAL) terhadap performa broiler dan membandingkan dengan suplementasi antibiotik. Probiotik yang digunakan berasal dari bakteri usus yang diambil dari ayam lokal yaitu bakteri Lactobacillus murinus (Ar3), Streptococcus thermophillus (Kp2), dan Pediococcusacidilactici (Kd6). Bakteri ini merupakan hasil isolasi yang ditemukan Prof Dr Ir Sri Harimurti SU.

Ketiga bakteri tersebut diisolasi dari saluran digesti ayam kampung asli Indonesia. Ayam kampung pada umumnya belum dipengaruhi oleh antibiotik dan bahan kimia yang lain, sehingga dapat menjadi sumber isolat yang aman. Dasar pemilihan isolat murni adalah mampu membentuk asam dari berbagai sumber karbon, pertumbuhan isolat yang paling optimal dan ketahannannya pada kondisi pH rendah (3,5), ketahanannya terhadap bile salt (pada konsentrasi 0,20 – 1,00%) maupun daya antagonis isolat terhadap bakteri patogen dengan kata lain probiotik BAL memenuhi kriteria utama probiotik yang ideal untuk broiler (Harimurti, 2013).

Bakteri asam laktat yang berasal dari ayam lokal kemudian diberikan pada ayam akan mampu berkoloni dan bertahan hidup disistem digesti. Cara preparasi sebelum diberikan ke ayam dilakukan dengan peremajaan bakteri terlebih dahulu dengan mencairkan stok BAL yang berupa biomassa beku, selanjutnya proses pembuatan dilakukan dilaboratorium.

Peremajaan BAL

Tiga strain bakteri yang digunakan disimpan dalam kondisi dorman dalam suhu beku. Tujuannyaagar bakteri dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Ketika akan digunakan, setiapstrainbakteri diremajakan dengan melakukan thawing supaya kondisinya menjadi cair.

Untuk menghidupkan bakteri maka dimasukkan ke dalam larutan PGY 10 ml dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Hasilnya ditambahkan lagi dengan larutan PGY sampai volumenya 1L lalu dilanjutkan inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.

Proses selanjutnya plating (penanaman bakteri pada media agar). Setelah bakteri berkembang dilanjutkan pemanenan sehingga dihasilkan pelet dari ke tiga strain bakteri. Pelet tersebut di centrifuge 3000 rpm dan masing-masing di tambah dengan larutan PBS 300 ml disimpan pada suhu 40C. Selanjutnya didapatkan volume 900 ml. Untuk mendapatkan volume 1 L maka ditambahkan PBS 100 ml. Hasilnya didapatkan larutan dengan konsentrasi bakteri 109 CFU/ml.

Untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi bakteri 108 maka dari larutan  109 diambil 50 ml dan ditambah dengan 450 ml PBS. Untuk mendapatkan konsentrasi 107 , maka dari larutan 108 diambil 50 ml dan ditambah dengan 450 ml PBS. Fungsi dari larutan PGYsebagai media pertumbuhan bakteri. Sedangkan lautan PBS adalah larutan fisiologis sebagai pengencer dan pelindung sel bakteri agar tidak lisis. Selanjutnya hasil disimpan pada suhu 40C.

 

Sumber : https://www.trobos.com/detail_berita.php?sir=77&sid=6212

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No. 3 Gedung C Lantai 6 - 9, Ragunan
Kecamatan Pasar Minggu Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset