Menjadikan Kulit Nenas Pakan Bermutu

  • 13 Juni 2016, 11:12 WIB
  • /
  • Dilihat 679 kali

Nenas merupakan salah satu produk hortikultura andalan untuk pasar domestik dan ekspor Indonesia. Produksi terus meningkat dan limbah berupa kulit keras nenas juga ikut bertambah. Limbah ini perlu dimanfaatkan agar tidak mengganggu lingkungan.

Salah satu peluang pemanfaatan adalah menjadikan kulit nenas sebagai pakan sebagaimana sudah dipelajari Nurhayati, Nelwida dan Berliana dari Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Mereka melihat adanya potensi besar kulit nenas dijadikan pakan ternak. Produksi nenas Indonesia tahun 1995-2012 meningkat 9,07% per tahun. Kulit nenas terdiri dari 25-35% buah nenas. Pada tahun 2012 produksi nenas mencapai 1,8 juta ton yang menghasilkan kulit nenas sekitar 445-623 ribu ton. Nenas berbuah tanpa mengenal musim sehingga ketersediaan kulitnya bisa berkesinambungan sepanjang tahun.

Mereka melihat potensi kulit nenas sebagai pakan juga karena mengandung energi bruto yang cukup tinggi sekitar 4.500 kkal/kg, kandungan karbohidrat tinggi dan bersifat terlarut serta mudah terdegradasi, dan menganudng enzim bromelin yang berguna untuk metabolisme protein. Namun, tim ilmuwan itu melihat pula adanya beberapa kendala. Yakni kualitas kulit nenas yang rendah dan cepat membusuk. Kandungan selulosa mencapai 19,8% dan hemiselulosa 11,7%. Sekitar 20-30% serat terkandung merupakan serat detergen netral (NDF) yang tidak larut dalam detergen netral.

Mutu pakan tidak hanya ditentukan oleh kandungan nutrisinya tetapi juga oleh tingkat kecernaan bahan-bahan nutrisi terkandung. Mereka mencoba mencari cara meningkatkan mutu kulit nenas untuk dijadikan pakan unggas yang mudah dicerna. Dalam penelitian tersebut dilakukan pengolahan kulit nenas dengan teknik fermentasi tertentu, yakni menggunakan yogurt. Mereka mempelajari pengaruh tingkat penggunaan yogurt dan waktu fermentasi terhadap tingkat kecernaan vitro bahan-bahan terkandung.

Yogurt digunakan pada proses fermentasi kulit nenas karena mengandung bakteri Lactobacillus delbrueckii subspesies bulgaricus dan Streptococcus salivarius subsp. thermophilus. Kedua jenis bakteri ini bersifat proteolitik dan homofermentatif. Lactobacillus dapat memfermentasi laktosa, fruktosa dan glukosa untuk menghasilkan asam laktat. Streptococcus thermophilus, mampu memfermentasi laktosa, glukosa, fruktosa, dan sukrosa untuk menghasilkan asam laktat. Kombinasi keduanya menghasilkan keasaman yang lebih tinggi.

Fermentasi menggunakan bakteri asam laktat (BAL) dapat meningkatkan kualitas bahan yang difermentasi karena BAL dapat menghasilkan enzim yang mampu mendegradasi serat. Yogurt yang digunakan dalam penelitian ini adalah plain yogurt atau yogurt tanpa rasa yang mengandung bakteri Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus dan Streptococcus salivarius subsp. thermophilus.

Fermentasi kulit nenas dilakukan setelah kulit nenas terlebih dahulu dibersihkan lalu dicincang, dikeringkan sinar matahari lalu digiling menjadi tepung. Tepung ditambahi air (2 : 1) sehingga kadar air mencapai 60–70% untuk mendukung pertumbuhan bakteri dalam proses fermentasi, lalu dikukus selama 30 menit agar steril dari mikroba agar proses fermentasi tidak terganggu. Kemudian tepung didinginkan hingga suhu 35–40oC. Selanjutnya tepung kulit nenas dicampur dengan yogurt dan proses fermentasi dibiarkan secara anaerobik dalam wadah tertutup.

Analisis kecernaan in vitro dilakukan terhadap tepung kulit nenas yang difermentasi tanpa menggunakan yogurt, yang dengan yogurt berbagai tingkat penggunaan (dalam ml/kg), dan berbagai durasi fermentasi (dalam jam).

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang nyata tingkat penggunaan yogurt terhadap kecernaan in vitro bahan kering, bahan organik, dan protein kasar tetapi tidak berbeda nyata terhadap kecernaan serat kasar. Durasi fermentasi berpengaruh nyata terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik, protein kasar, dan serat kasar secara in vitro. Interaksi tingkat penggunaan yogurt dengan durasi fermentasi terbukti memberikan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik dan protein kasar tetapi tidak memberikan perbedaan pengaruh nyata terhadap kecernaan serat kasar.

Peneliti menarik kesimpulan bahwa tingkat yogurt 6 ml/kg dan waktu fermentasi 72 jam dapat meningkatkan kecernaan in vitro bahan kering, bahan organik, dan protein kasar serta menurunkan kecernaan in vitro serat kasar kulit nenas fermentasi. Interaksi penggunaan yogurt dan durasi fermentasi pada tingkat ini menghasilkan tingkat kecernaan bahan kering 54,62%, bahan organik 60,66%, protein kasar 56,16%, dan serat kasar 33,93%. Nilai tingkat kecernaan pada kontrol yang tidak difermentasi dan tidak dicampur yogurt adalah masing-masing 52,17%, 56,95%, 52,68%, dan 35,43%.

 

Sumber : https://tabloidsinartani.com/content/read/menjadikan-kulit-nenas-pakan-bermutu/

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No.3
Gedung C Lt 6 - 9, Ragunan, Kec. Pasar Minggu,
Kota Jakarta Selatan, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset