Virus AI dan Potret Perunggasan Global

  • 13 Juni 2016, 13:20 WIB
  • /
  • Dilihat 667 kali

Pertengahan bulan lalu, Rabobank mengeluarkan laporan terbaru tentang industri perunggasan global, utamanya berkaitan dengan dampak penyebaran wabah avian influenza (AI) di berbagai belahan dunia. Menurut Rabobank, wabah AI yang merebak di Asia, Eropa, dan Amerika Utara bisa memengaruhi arus perdagangan global.

Seperti diketahui, sejak Februari lalu berita serangan wabah AI di berbagai belahan dunia dilaporkan ke badan kesehatan hewan dunia (OIE). Bermacam strain AI, termasuk H5N8, H5N1, H5N2, dan H5N3 dilaporkan menjangkiti sejumlah peternakan di Amerika Serikat, Kanada, Taiwan, Hungaria, Myanmar dan Vietnam. Belum lagi strain H7N9 di Cina dan H5N1 di Mesir yang belum juga teratasi hingga saat ini.

Menurut Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO), saat ini dunia harus mewaspadai beragam strain AI dan sebaran geografisnya pada unggas liar dan domestik karena beragam faktor bisa memicu strain baru dan mengancam mata pencaharian, supply makanan serta kesehatan manusia. WHO menyatakan, ragam dan distribusi geografis virus flu burung pada unggas liar dan domestik ini baru terlihat sejak para ilmuwan menggunakan metode surveillance dan alat analisa genetika yang baru. Dan badan kesehatan dunia PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) ini memberi perhatian lebih pada strain H5 dan H7, karena keduanya sangat cepat berubah dan dapat menyebabkan bermacam penyakit pada unggas. Namun strain H9N2 juga harus diawasi dengan seksama,karena bisa menjadi “donor” gen pada strain H5N1 dan H7N9. Strain ini telah menyebabkan infeksi pada manusia di Cina. Mesir juga melaporkan kasus infeksi baru strain H9N2 pada manusia.

Sejak awal tahun 2014, badan kesehatan hewan dunia telah mencatat 41 wabah H5 dan H7 pada unggas yang melibatkan tujuh virus berbeda di 20 negara di Afrika, Amerika, Asia, Australia dan Timur Tengah. Beberapa di antaranya merupakan virus baru yang muncul dan menyebar pada unggas beberapa tahun terakhir. Beberapa virus hanya menginfeksi unggas liar.

 

Antara H7 dan H5

Kasus infeksi AI H7N9 pada manusia pertama kali dilaporkan terjadi di Cina pada akhir Maret 2013. Hingga saat ini, terdapat 602 kasus infeksi H7N9 pada manusia dan 227 di antaranya dilaporkan meninggal, sebagian besar di Cina daratan.

Seperti halnya H5N1, virus H7N9 menyebabkan penyakit serius pada manusia. Namun berbeda dengan H5N1, virus H7N9 tidak menyebabkan sakit atau kematian pada unggas. Dari penelitian, terbukti bahwa hampir semua korban yang terinfeksi H7N9 memiliki riwayat kontak langsung dengan unggas hidup atau pasar unggas. Singkatnya, kontak langsung dengan unggas hidup dan atau pasar unggas merupakan faktor risiko untuk infeksi H7N9. Semua bukti juga menunjukkan bahwa H7N9 tidak mudah menyebar dari satu orang ke orang lain, meskipun bisa jadi virus ini berpindah dari unggas ke manusia lebih cepat daripada H5N1.

Sementara itu virus AI H5N1 yang telah mewabah di peternakan unggas Asia sejak 2003 dan kini menjadi endemik di beberapa negara, masih merupakan virus influenza pada binatang yang paling membahayakan kesehatan manusia. Sejak akhir 2003 hingga Januari 2015, terdapat 777  kasus manusia yang terinfeksi virus H5N1 yang dilaporkan ke WHO oleh 16 negara, 55,1% di antaranya fatal.

Dalam dua tahun terakhir, beberapa strain baru H5 juga muncul seperti H5N2, H5N3, H5N6, dan H5N8, semuanya bersirkulasi di berbagai belahan dunia. Di Cina, H5N1, H5N2, H5N6, dan H5N8 saat ini beredar di unggas bersirkulasi dengan H7N9 dan H9N2.

Virus H9N2 telah menjadi salah satu strain yang mendapat perhatian khusus para peneliti, karena fungsinya sebagai “donor” dari gen internal virus H5N1 dan H7N9. Para virolog menginterpretasikan penyebaran virus-virus yang baru sebagai pertanda bahwa ko-sirkulasi virus-virus AI mengalami perubahan materi genetis yang sangat cepat untuk membentuk strain-strain baru. Sebelumnya virus-virus dari subtipe H5 telah menunjukkan kemampuannya yang kuat untuk turut andil dalam proses yang dikenal sebagai “reassortment” ini. Contohnya, virus-virus H5N2 yang akhir-akhir ini terdeteksi pada unggas di Kanada dan pada unggas liar di Amerika Serikat secara genetis berbeda dari virus H5N1 yang beredar di Asia. Virus-virus ini memiliki campuran gen dari virus Eurasia H5N8, yang kemungkinan dibawa ke wilayah Pasifik pada akhir 2014, bersamaan dengan gen dari virus influenza Amerika Utara.

Ketika tulisan ini tengah dibuat (19/3), kembali Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) melaporkan terjadinya wabah flu burung di sebuah peternakan kalkun di California, Amerika Serikat. Dilaporkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) bahwa satu flok komersial kalkun di sekitar San Francisco mengalami peningkatan kematian sejak seminggu sebelumnya. Sampel yang dikirimkan untuk uji laboratorium mengonfirmasikan positif infeksi H7N3. Strain ini berbeda dengan yang sebelumnya dilaporkan menginfeksi salah satu jantung wilayah produksi unggas AS, Arkansas, yang diketahui dari strain H5N2. Juga berbeda dari strain H5N8 yang sebelumnya menginfeksi peternakan kalkun lain di California.

Kendati saat ini dunia lebih siap menghadapi pandemi dibanding sebelumnya, namun masih sangat rentan, utamanya untuk pandemi yang menyebabkan penyakit parah. Influenza sangat tidak bisa diprediksi, termasuk di mana pandemi berikutnya akan terjadi dan virus apa yang akan muncul.

 

Prospek industri perunggasan masih positif

Kendati berita infeksi AI masih terus dilaporkan dari berbagai peternakan di seluruh penjuru bumi, namun secara keseluruhan industri perunggasan masih menunjukkan prospek positif. Prospek margin industri perunggasan global masih tetap positif, terutama didukung oleh faktor-faktor seperti tingginya harga daging sapi, rendahnya harga pakan ternak dan relatif kuatnya permintaan di sejumlah wilayah.

Wabah AI memiliki pengaruh besar pada perdagangan produk unggas global. Selain itu, ketidakstabilan nilai tukar dan ketegangan di kawasan Timur Tengah dan Eropa Timur juga memberi andil pada rendahnya volume, harga dan perubahan arus perdagangan. Amerika Serikat, misalnya, setidaknya 40 negara telah menerapkan larangan impor produk unggas dari sejumlah negara bagian yang diketahui terkena wabah AI, seperti Arkansas, California, Idaho, Minnesota, Oregon, Washington, Kansas, dan Missouri. Meksiko dan Kanada yang merupakan pembeli utama produk unggas AS juga melarang impor dari negara bagian yang terinfeksi. Bahkan Cina menerapkan larangan impor unggas dari seluruh Amerika Serikat. Delapan negara bagian tersebut saja menyumbangkan sekitar 25% produksi  total unggas Amerika Serikat. Jika kemudian negara bagian tetangganya juga terinfeksi, maka tentu akan lebih besar lagi pengaruhnya bagi perdagangan ayam dan kalkun internasional. Dan ketidakpastian terbesar adalah berapa lama larangan impor tersebut akan diterapkan oleh negara-negara pembeli produk unggas AS.

Sejauh ini, pengaruh AI terhadap perdagangan unggas domestik di AS masih belum terlihat nyata. Departemen Pertanian AS (USDA) dan asosiasi-asosiasi perunggasan juga bahu-membahu meyakinkan masyarakat bahwa wabah yang terjadi tidak menimbulkan ancaman bagi kesehatan publik. Asosiasi-asosiasi perunggasan juga meyakinkan bahwa tak satu ekor pun ayam atau kalkun dari flok yang terinfeksi virus AI masuk ke rantai penjualan atau rantai makanan.

 

Sumber : https://www.poultryindonesia.com/news/internasional/virus-ai-dan-potret-perunggasan-global/

Logo

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

Jl. Harsono RM No.3
Gedung C Lt 6 - 9, Ragunan, Kec. Pasar Minggu,
Kota Jakarta Selatan, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12550

Tlp: (021) 7815580 - 83, 7847319
Fax: (021) 7815583

[email protected]
https://ditjenpkh.pertanian.go.id/

Tetaplah Terhubung

Mari jalin silaturahmi dengan mengikuti akun sosial media kami

Copyright © 2021 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian - All Rights Reserved

Aksesibilitas

Kontras
Saturasi
Pembaca Layar
D
Ramah Disleksia
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jarak Baris
Perataan Teks
Jeda Animasi
Kursor
Reset