BIB Lembang Didorong Jadi Model Layanan Prima untuk Percepatan Perbibitan Nasional
Lembang — Kementerian Pertanian terus memperkuat peran Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang sebagai pusat layanan unggulan di sektor peternakan. Hal ini ditegaskan dalam Rapat Dewan Pengawas Badan Layanan Umum (BLU) BIB Lembang yang digelar Jumat (20/6/2025), sebagai bagian dari evaluasi berkala kinerja dan layanan lembaga.
Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Sesditjen PKH), Tri Melasari menegaskan bahwa penguatan layanan BIB Lembang tidak semata soal efisiensi anggaran, tetapi juga harus menyentuh kepuasan peternak dan mitra kerja. “BIB Lembang harus menjadi contoh layanan publik yang profesional dan berdampak langsung bagi sektor hulu peternakan. Ini bukan hanya soal produk, tapi juga kecepatan dan keandalan layanan,” ujarnya.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Hary Suhada, turut menekankan pentingnya keberlangsungan pasokan semen beku berkualitas untuk mendorong produktivitas peternakan rakyat. “Kunci keberhasilan peningkatan populasi ternak nasional terletak pada ketersediaan genetik unggul dan layanan inseminasi buatan yang terjamin. BIB Lembang harus menjaga mutu dan kontinuitas di seluruh proses,” tuturnya.
Evaluasi Dewan Pengawas BLU menjadi ruang untuk membahas capaian, kendala, serta arah pengembangan jangka menengah BIB Lembang. Selain aspek teknis produksi, juga dibahas penguatan tata kelola kelembagaan, integrasi sistem keuangan, serta kolaborasi lintas sektor yang mendukung keberlanjutan pelayanan publik.
Kepala BIB Lembang, Gun Gun Gunara, menyampaikan bahwa lembaganya berkomitmen menjalankan amanah sebagai UPT rujukan di bidang reproduksi ternak, dengan terus berinovasi dan membuka ruang kemitraan yang lebih luas dengan peternak, lembaga pendidikan, serta swasta.
Dengan komitmen dan sinergi lintas lembaga, Kementerian Pertanian menargetkan BIB Lembang menjadi penggerak utama dalam mendukung kemandirian bibit ternak nasional dan mempercepat pencapaian program strategis di bidang peternakan, termasuk swasembada protein hewani. (*)
